Halo Jakarta – Thailand langsung gerak cepat evakuasi warga perbatasan setelah bentrokan militer kembali meletus dengan Kamboja pada akhir pekan 7-8 Desember 2025. Insiden ini jadi yang paling memanas sejak Juli lalu, dengan satu tentara Thailand tewas dan empat luka akibat tembakan Kamboja. Serangan udara Thailand dan balasan roket BM-21 Kamboja ke permukiman Thailand tambah eskalasi. Pemerintah Provinsi Surin dan Ubon Ratchathani pimpin pemindahan ribuan warga ke area aman, dengan jumlah evakuasi jauh lebih besar dari sebelumnya. Apa kronologi lengkap, latar belakang konflik, reaksi kedua negara, dan implikasi masa depan? Berikut ulasan mendalam.
Latar Belakang Konflik Perbatasan yang Tak Pernah Reda
Bentrokan Thailand-Kamboja bukan hal baru. Sengketa wilayah di perbatasan, terutama sekitar Kuil Preah Vihear (atau Prasat Preah Vihear) yang dipersengketakan sejak 1962, sering picu insiden militer. Mahkamah Internasional (ICJ) putuskan Kuil milik Kamboja pada 1962, tapi area sekitar tetap rawan. Bentrokan Juli 2025 tewaskan 3 tentara Thailand dan 2 Kamboja, picu evakuasi 5.000 warga. Kali ini, pemicu awal insinyur Thailand perbaiki jalan di Provinsi Sisaket dekat perbatasan. Tentara Kamboja anggap itu pelanggaran wilayah, langsung tembak. Militer Thailand respons dengan artileri dan jet F-16. Kamboja balas dengan roket BM-21 ke Ban Sai Tho 10, distrik Ban Kruat, Provinsi Buri Ram.
Ketua Kamar Dagang Provinsi Ubon Ratchathani, Mongkol Chunlatas, bilang kedua negara sudah siapkan diri matang. “Bentrok kali ini kemungkinan sebabkan lebih banyak kerugian daripada sebelumnya,” ujarnya. Evakuasi mulai Minggu 7 Desember di 4-5 distrik Surin, lanjut Senin 8 Desember di Ubon Ratchathani. Jumlah warga yang dipindah jauh lebih tinggi dari Juli lalu, meski angka pasti belum dirilis.
Kronologi Lengkap Bentrokan yang Eskalasi Cepat
Timeline peristiwa tunjukkan situasi cepat memanas.
- Minggu, 7 Desember 2025: Bentrok awal di perbatasan Sisaket. Tentara Thailand tembak saat jaga insinyur perbaiki jalan. Kamboja balas tembak, tewaskan satu tentara Thailand dan lukai empat lainnya. Pasukan Thailand langsung kerahkan artileri. Pemerintah Provinsi Surin mulai evakuasi warga dari wilayah perbatasan ke area dalam provinsi.
- Senin, 8 Desember 2025 pagi: Militer Thailand luncurkan serangan udara. Angkatan Udara Kerajaan Thailand kerahkan jet F-16 untuk dukung unit darat di penembakan jarak dekat. Kamboja respons dengan tembak roket BM-21 ke permukiman Thailand di Ban Sai Tho 10, distrik Ban Kruat, Provinsi Buri Ram. Belum ada korban jiwa atau luka dari roket itu, tapi warga panik dan evakuasi lanjut.
Militer Thailand instruksikan semua unit gunakan kekuatan penuh lindungi rakyat dan kedaulatan. Bentrok diprediksi berlangsung 3-5 hari, dengan persiapan matang kedua pihak.
Detail Evakuasi yang Jauh Lebih Besar dari Sebelumnya
Evakuasi dimulai sejak Minggu di Provinsi Surin, fokus 4-5 distrik perbatasan. Pemerintah pindahkan warga ke wilayah provinsi yang lebih aman dan dalam. Proses ini lanjut Senin di Ubon Ratchathani, dengan pasukan keamanan terlibat langsung. Jumlah evakuasi jauh lebih tinggi dari Juli lalu, meski angka pasti belum keluar. Ketua Kamar Dagang Surin, Veerasak Pisanuwong, bilang perang ini berdampak parah ke perekonomian akhir tahun. Banyak pemesanan hotel dibatalkan, terutama pariwisata. “Perang kali ini dipastikan berdampak pada perekonomian Thailand selama akhir tahun,” ujarnya.
Dampak humaniter serius. Warga perbatasan hadapi risiko tinggi dari tembakan dan roket. Pemerintah Thailand siapkan tenda darurat, makanan, dan medis. Kamboja juga evakuasi warga di sisi mereka, meski detailnya minim.
Korban dan Kerugian yang Semakin Parah
Korban jiwa Thailand satu tentara tewas di Sisaket. Empat tentara luka dari bentrok Minggu. Serangan roket BM-21 Kamboja ke Buri Ram belum sebabkan korban jiwa atau luka, tapi bikin warga panik. Kerugian ekonomi capai miliaran baht, terutama pariwisata Surin dan Ubon. Hotel dan restoran tutup, pemesanan dibatalkan massal. Mongkol Chunlatas prediksi bentrok panjang sebabkan kerugian lebih besar dari Juli lalu.
Kedua negara siapkan diri matang. Thailand kerahkan F-16 dan artileri. Kamboja gunakan BM-21. Potensi korban sipil naik kalau eskalasi lanjut.
Reaksi Internasional yang Mulai Muncul
ASEAN langsung khawatir. Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn minta kedua negara kendalikan situasi. “ASEAN siap fasilitasi dialog,” katanya. AS dan China, mitra dagang utama kedua negara, dorong de-eskalasi. Kedutaan AS di Bangkok bilang, “Kami prihatin dan harap kedua pihak prioritaskan dialog.” China, investor besar di Thailand, minta stabilitas regional. ICJ mungkin terlibat lagi, mengingat putusan 1962 soal Preah Vihear.
Reaksi lokal: warga Surin demo minta pemerintah lindungi perbatasan. Pemerintah Thailand umumkan status darurat di 3 provinsi perbatasan.
Implikasi Masa Depan untuk Hubungan Thailand-Kamboja
Bentrokan ini bisa perburuk hubungan bilateral. Ekonomi kedua negara rugi besar—perdagangan bilateral USD 10 miliar per tahun terganggu. Pariwisata Thailand kehilangan miliaran baht akhir tahun. Kamboja hadapi sanksi kalau serangan roket terbukti. ASEAN mungkin adakan mediasi darurat. Potensi perang panjang 3-5 hari bikin korban naik. Kedua negara butuh dialog cepat untuk hindari perang total.
Situasi ini ingatkan ASEAN soal kerapuhan perbatasan. Thailand dan Kamboja harus prioritaskan diplomasi daripada militer.
