Rudal Iran Hancurkan 6 Lab Riset Penting Universitas Ben Gurion

Serangan rudal Iran mengguncang Israel! Enam laboratorium penelitian penting Universitas Ben Gurion di Soroka Medical Center hancur pada 19 Juni 2025, menghapus hasil penelitian bertahun-tahun dalam sekejap. Oleh karena itu, insiden ini menjadi sorotan media global, memicu kekhawatiran tentang dampak perang terhadap ilmu pengetahuan. Apa yang terjadi di balik serangan ini? Halo Jakarta mengungkap fakta-faktanya!

Kronologi Serangan Rudal di Ben Gurion

Pada 19 Juni 2025, Iran meluncurkan serangan rudal balistik ke Israel sebagai respons atas operasi militer Israel di Teheran. Salah satu target utama adalah kampus Soroka University Medical Center, tempat Universitas Ben Gurion mengelola laboratorium riset medis dan biologi. Sekitar pukul 03.00 waktu setempat, rudal menghantam fakultas ilmu kesehatan, menghancurkan enam lab utama. Selain itu, sembilan lab lain rusak parah, bersama dengan ruang kelas dan fasilitas bedah. Tim penyelamat segera bergerak untuk mengevakuasi staf dan mahasiswa, tetapi kerusakan sudah telanjur meluas. Meskipun demikian, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

Bacaan Lainnya

Kerugian Besar dan Upaya Pemulihan

Serangan ini menghapus data penelitian penting di bidang kedokteran. Universitas Ben Gurion memperkirakan kerugian mencapai ratusan juta shekel. Oleh karena itu, tim universitas kini menilai ulang kerusakan untuk merencanakan pemulihan. Selanjutnya, 50 rumah staf dan 48 mahasiswa terdampak, sehingga 25 staf dan 41 mahasiswa harus dievakuasi ke asrama kampus. Meskipun tantangan besar, universitas berjanji untuk melanjutkan penelitian dengan fasilitas sementara.

Sorotan Media Asing

Media internasional ramai memberitakan insiden ini. Misalnya, Times of Israel menyebut serangan ini sebagai “pukulan telak bagi sains Israel,” sementara Al Jazeera menyoroti eskalasi konflik Iran-Israel. Sementara itu, The Washington Post menggambarkan kerusakan sebagai “kehancuran ilmu pengetahuan di tengah perang.” Namun, beberapa netizen di media sosial mempertanyakan apakah lab-lab ini terkait penelitian militer, memicu spekulasi global.

Pernyataan Resmi Universitas

Rektor Universitas Ben Gurion, Prof. Daniel Chamovitz, menyampaikan kekecewaan mendalam. “Kami kehilangan pekerjaan bertahun-tahun dalam sekejap. Oleh karena itu, kami akan bekerja keras untuk membangun kembali fasilitas dan melanjutkan misi ilmiah kami,” katanya dalam konferensi pers. Dengan demikian, universitas menegaskan komitmennya untuk tetap menjadi pusat inovasi meski di tengah krisis.

Soroka: Pusat Riset di Tengah Konflik

Kampus Soroka University Medical Center di Beersheba adalah jantung penelitian medis Israel, dengan fokus pada biologi molekuler dan terapi kanker. Namun, lokasinya di wilayah selatan Israel menjadikannya rentan dalam konflik. Sejak perang Iran-Israel pecah pada 13 Juni 2025, Beersheba sering menjadi target rudal, sehingga keamanan kampus kini diperketat.

Respons Publik di Media Sosial

Insiden ini memicu reaksi beragam di media sosial. Hashtag #BenGurionAttack trending di Israel, dengan warga menyuarakan kemarahan atas kehancuran fasilitas akademik. Sementara itu, di Iran, beberapa pengguna memuji serangan sebagai “balasan atas agresi Israel.” Selain itu, komunitas ilmiah global menyerukan perlindungan fasilitas riset dari konflik bersenjata, menekankan pentingnya sains untuk kemanusiaan.

Dampak pada Komunitas Ilmiah Global

Serangan ini tidak hanya merugikan Israel, tetapi juga dunia sains. Sebagai contoh, salah satu lab yang hancur sedang mengembangkan terapi kanker inovatif yang melibatkan kolaborasi dengan universitas di Eropa. Oleh karena itu, para ilmuwan global, termasuk dari MIT dan Oxford, meluncurkan petisi untuk mendesak perlindungan fasilitas riset di zona konflik. “Sains tidak boleh menjadi korban perang,” tulis Prof. Sarah Cohen dari MIT dalam pernyataan yang viral.

Panggilan untuk Diplomasi Sains

Insiden ini memicu ide baru: diplomasi sains untuk mencegah kerusakan serupa. Aktivis akademik, Dr. Rachel Levy, mengusulkan pembentukan zona netral untuk fasilitas riset di Timur Tengah. “Kita perlu perjanjian internasional untuk melindungi ilmu pengetahuan,” katanya. Dengan demikian, komunitas akademik Israel dan Iran kini menjajaki dialog untuk mencegah eskalasi lebih lanjut yang merugikan sains.

Serangan rudal Iran ke Ben Gurion mengguncang dunia sains! Bagikan pandangan Anda di kolom komentar atau kunjungi Halo Jakarta untuk wawasan eksklusif tentang dampak konflik ini.

Pos terkait