Lonjakan COVID-19 di Asia Tenggara, WHO Imbau Waspada

Lonjakan COVID-19 di Asia Tenggara

Kasus COVID-19 melonjak tajam di Asia Tenggara sejak Mei 2025, memicu peringatan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2 Juni 2025 untuk meningkatkan kewaspadaan. Varian NB.1.8.1 dan XEC mendominasi penyebaran di kawasan ini. Apa penyebab lonjakan dan langkah pencegahannya? Simak fakta berikut!

Kenaikan Kasus di Asia Tenggara

WHO mencatat 91.583 kasus COVID-19 global dalam 28 hari hingga 11 Mei 2025, naik 55.984 kasus dari bulan sebelumnya. Asia Tenggara menyumbang lonjakan signifikan, dengan Thailand melaporkan 69.200 kasus dan Singapura 14.200 kasus mingguan pada awal Mei. Malaysia mencatat rata-rata 600 kasus per minggu, sementara Indonesia mencatat penurunan dari 28 menjadi 3 kasus mingguan pada Mei. Akibatnya, kawasan ini menghadapi ancaman serius. Dengan demikian, kewaspadaan menjadi prioritas utama.

Bacaan Lainnya

Varian Dominan dan Penularan

Varian NB.1.8.1, turunan JN.1, dan XEC mendominasi lonjakan di Asia Tenggara. NB.1.8.1, yang menyumbang 10,7% kasus global, memiliki mutasi protein lonjakan yang meningkatkan penularan. Singapura melaporkan NB.1.8.1 menyebabkan dua pertiga kasus, sedangkan Thailand mendeteksi XEC. Gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas mirip flu, tetapi risiko keparahan tetap tinggi bagi lansia dan penderita komorbid. Oleh karena itu, varian ini memerlukan pengawasan ketat.

Pemicu Lonjakan Kasus

Mobilitas tinggi selama libur sekolah dan acara besar, seperti Festival Songkran di Thailand, mendorong penyebaran virus. Malaysia mencatat potensi lonjakan saat libur sekolah 29 Mei hingga 9 Juni 2025. Indonesia menghadapi risiko serupa akibat acara internasional, seperti konser. Selain itu, pelonggaran protokol kesehatan di beberapa negara memperburuk situasi. Akibatnya, penularan COVID-19 varian baru meningkat pesat. Dengan demikian, pengendalian mobilitas menjadi kunci pencegahan.

Imbauan WHO dan Pemerintah

WHO mendorong penerapan protokol kesehatan, seperti memakai masker di keramaian dan mencuci tangan. Vaksinasi booster sangat dianjurkan untuk kelompok rentan, karena vaksin tetap efektif melawan NB.1.8.1 dan XEC. Pemerintah Thailand meningkatkan layanan telemedicine dan distribusi pembersih tangan, sementara Singapura memperketat pengawasan rumah sakit. Indonesia memperkuat surveilans melalui SatuSehat Health Pass di pintu masuk internasional. Oleh karena itu, langkah preventif ini penting untuk menekan penyebaran.

Situasi di Indonesia

Indonesia mencatat tren penurunan kasus, dengan varian MB.1.1 mendominasi, namun tetap waspada terhadap lonjakan regional. Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran pada 23 Mei 2025, meminta dinas kesehatan memantau kasus influenza-like illness (ILI) dan severe acute respiratory infection (SARI). Masyarakat diimbau menunda perjalanan ke negara dengan lonjakan kasus dan mematuhi protokol kesehatan. Akibatnya, Indonesia memperkuat kesiapsiagaan tanpa pembatasan perjalanan. Dengan demikian, pencegahan dini menjadi fokus utama.

Prospek Pencegahan Lonjakan

Vaksinasi booster dan edukasi kesehatan akan memperkuat pertahanan Indonesia melawan lonjakan kasus. Sistem surveilans yang ditingkatkan memungkinkan deteksi dini varian baru. Kerja sama regional dengan ASEAN dan WHO mendukung pemantauan lintas negara. Masyarakat perlu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan dan menggunakan masker saat sakit. Selain itu, pengawasan ketat di pintu masuk internasional akan meminimalkan risiko impor kasus. Oleh karena itu, langkah terkoordinasi akan menjaga stabilitas kesehatan masyarakat.

Pos terkait