Jokowi Ketua Umum PSI: Mengapa Lebih Pilih PSI daripada PPP?

Jokowi Ketua Umum PSI

Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencuri perhatian dengan menyatakan lebih berminat menjadi Jokowi Ketua Umum PSI ketimbang memimpin Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pernyataan ini muncul menjelang kongres PSI dan muktamar PPP pada 2025. Apa alasan Jokowi memilih PSI, dan bagaimana peluangnya memimpin partai yang dipimpin putranya, Kaesang Pangarep? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.

Latar Belakang Pernyataan Jokowi

Jokowi menanggapi wacana pencalonannya sebagai Ketua Umum PPP dengan santai. Saat ditemui di Solo pada Jumat (6/6/2025), ia menolak peluang memimpin PPP. “Di PPP banyak calon ketua umum yang lebih baik, punya kapasitas, kapabilitas, dan kompetensi,” ujar Jokowi. Ia justru menyatakan lebih tertarik bergabung dengan PSI, partai yang kini dipimpin Kaesang, putra bungsunya. “Saya di PSI saja lah,” katanya dengan nada bercanda.

Bacaan Lainnya

Mengapa Jokowi Memilih PSI?

Ada beberapa alasan mengapa Jokowi lebih condong ke PSI:

  • Kedekatan dengan Kaesang: PSI dipimpin Kaesang Pangarep, yang menjabat Ketua Umum sejak September 2023. Jokowi kerap terlihat mendampingi Kaesang dalam acara PSI, seperti di Bandung pada Februari 2024.

  • Struktur Partai yang Fleksibel: Pengamat politik Agung Baskoro menilai PSI sebagai partai tanpa beban ideologis atau faksi internal, tidak seperti PPP atau Golkar. Ini memberi Jokowi ruang untuk mempertahankan pengaruh politiknya.

  • Visi Anak Muda: PSI dikenal sebagai partai anak muda. Jokowi, yang dikenal dengan gaya kepemimpinan merakyat, sejalan dengan semangat PSI untuk mendorong generasi muda berpolitik.

Peluang Jokowi Memimpin PSI

PSI membuka pendaftaran calon ketua umum pada 13 Mei 2025 hingga 23 Juni 2025, dengan sistem pemilihan raya yang demokratis. Jokowi masuk bursa calon, meski belum mendaftar. Ia berkelakar, “Kalau saya mendaftar, mungkin yang lain tidak mendaftar.”

Namun, ada tantangan:

  • Syarat Keanggotaan: Jokowi harus memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) PSI untuk mencalonkan diri, yang hingga kini belum ia miliki.

  • Dinamika dengan Kaesang: Meski Kaesang adalah putranya, persaingan internal tetap mungkin terjadi. Kaesang sendiri berpeluang mencalonkan diri kembali.

  • Pandangan Publik: Beberapa pihak, seperti relawan Bara JP, menyarankan Jokowi menjadi negarawan ketimbang memimpin PSI, untuk menghindari kesan dinasti politik.

Dampak Politik Jokowi di PSI

Jika Jokowi menjadi Jokowi Ketua Umum PSI, pengamat memperkirakan PSI bisa menembus ambang batas parlemen pada Pemilu 2029. Elektabilitas Jokowi yang tinggi menjadi modal besar. “Jokowi punya magnet figur yang kuat,” kata Agung Baskoro. Selain itu, PSI bisa menjadi wadah bagi Jokowi untuk mempertahankan warisan kebijakan infrastrukturnya.

Namun, ada risiko. Peneliti LSI Yoes Kenawas menilai PSI masih bergantung pada figur Jokowi dan keluarga, yang dapat memicu kritik tentang dinasti politik.

Alternatif Jokowi: PPP atau Partai Lain?

Meski Jokowi menolak PPP, nama seperti Anies Baswedan dan Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga muncul di bursa Ketua Umum PPP. Jokowi menilai PPP memiliki banyak kandidat mumpuni, sehingga ia tidak tertarik. Sementara itu, Partai Golkar juga membuka pintu untuk Jokowi, tetapi faksi internal yang kuat membuat PSI lebih menarik baginya.

Masa Depan Jokowi di PSI

Peluang Jokowi Ketua Umum PSI bergantung pada keputusannya untuk bergabung sebagai kader dan mendaftar pada pemilihan raya. Dengan pengaruh politiknya yang besar, Jokowi bisa mengubah lanskap PSI menjelang Pemilu 2029. Namun, ia harus menyeimbangkan persepsi publik tentang dinasti politik dan visi PSI sebagai partai anak muda.

Ingin tahu lebih banyak tentang dinamika politik Jokowi? Baca artikel terkait kami tentang Kaesang dan PSI di Pemilu 2024 atau kunjungi halojakarta.id untuk berita terbaru.

Pos terkait