WHO Waspadai Varian COVID NB.1.8.1 di 22 Negara

WHO Waspadai Varian COVID NB.1.8.1

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan dunia tentang varian baru COVID-19, NB.1.8.1, yang menyebar di 22 negara per 31 Mei 2025. Varian ini memicu lonjakan kasus di Asia, termasuk Singapura dan Thailand. Apa karakteristik varian ini? Simak fakta berikut!

Penyebaran Varian NB.1.8.1

Varian NB.1.8.1, turunan dari JN.1, mendorong kenaikan kasus COVID-19 di beberapa negara Asia. Singapura mencatat peningkatan kasus dari 11.100 menjadi 14.200 dalam seminggu pada Mei 2025, dengan NB.1.8.1 menyumbang lebih dari dua pertiga kasus. Thailand melaporkan 108.891 kasus varian serupa hingga pertengahan Mei. WHO menetapkan NB.1.8.1 sebagai Variant Under Monitoring (VUM) pada 23 Mei 2025 karena tingkat penularannya yang tinggi. Akibatnya, varian ini menarik perhatian global. Dengan demikian, kewaspadaan menjadi prioritas utama.

Bacaan Lainnya

Karakteristik Varian Baru

NB.1.8.1 memiliki mutasi protein lonjakan yang meningkatkan kemampuan penularannya dibandingkan varian sebelumnya. Varian ini menular lebih cepat, tetapi tidak menyebabkan gejala lebih berat, dengan tingkat kematian yang tetap rendah. Gejala utama meliputi demam, batuk, dan sesak napas, mirip flu, namun dapat berlangsung hingga lima hari. Faktor seperti imunitas individu, usia, dan komorbiditas memengaruhi tingkat keparahan. Oleh karena itu, kelompok rentan memerlukan perlindungan ekstra.

WHO Imbau Protokol Kesehatan

WHO mendorong masyarakat menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker di tempat ramai dan mencuci tangan secara rutin. Vaksinasi booster menjadi rekomendasi utama, terutama bagi lansia dan penderita komorbid, karena vaksin saat ini efektif melawan NB.1.8.1. Pemerintah perlu memperkuat sistem surveilans untuk memantau penyebaran varian. WHO mencatat 518 sekuens NB.1.8.1 dari 22 negara, menyumbang 10,7% kasus global pada minggu ke-17 tahun 2025. Dengan demikian, pencegahan proaktif sangat krusial.

Lonjakan Kasus di Asia

Singapura dan Thailand menghadapi lonjakan kasus NB.1.8.1. Singapura melaporkan kenaikan pasien rawat inap dari 102 menjadi 133 per hari pada Mei 2025, meski pasien ICU menurun. Thailand mencatat 12.524 kasus baru pada 18 Mei, dengan 80% kematian dari kelompok lansia. Indonesia mendeteksi varian serupa, MB.1.1, tetapi kasus turun dari 28 menjadi 3 kasus mingguan pada Mei 2025. Akibatnya, Asia memerlukan strategi pencegahan yang ketat. Oleh karena itu, koordinasi regional menjadi kunci.

Respons Publik dan Indonesia

Masyarakat Indonesia meningkatkan kewaspadaan dengan mematuhi protokol kesehatan, didorong oleh imbauan pemerintah. Media sosial mencerminkan kekhawatiran publik, dengan banyak warga mencari informasi tentang vaksinasi booster. Kementerian Kesehatan memastikan varian XEC belum terdeteksi, tetapi MB.1.1 terus dipantau. Pemerintah juga menggalakkan edukasi kesehatan untuk mencegah infeksi saluran napas, termasuk flu musiman. Dengan demikian, kesadaran masyarakat mendukung upaya pencegahan.

Prospek Pencegahan Varian Baru

Vaksinasi booster dan protokol kesehatan tetap menjadi strategi utama melawan NB.1.8.1. Indonesia memperkuat surveilans untuk mendeteksi varian baru lebih awal. Program booster akan diperluas untuk melindungi kelompok rentan, sementara edukasi kesehatan meningkatkan literasi masyarakat. Kerja sama internasional melalui WHO mendukung pemantauan global. Lonjakan kasus di Asia menegaskan pentingnya kewaspadaan tanpa kepanikan. Oleh karena itu, langkah proaktif akan menekan penyebaran varian ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *