Halo Jakarta – Pasar Bitcoin lagi ramai dibahas: whale (dompet besar >1.000 BTC) kian langka, sementara investor ritel (dompet <1 BTC) meledak jadi 55 juta alamat! Data Glassnode dan Coin Metrics ungkap tren ini sejak 2021—jumlah whale turun dari 2.400 ke 2.000 alamat, sementara ritel naik 57% dari 35 juta. Harga BTC yang lagi anjlok ke US$92.000 justru jadi momentum akumulasi ritel. Ini bukan cuma angka; distribusi BTC makin merata, kurangi dominasi whale yang dulu kuasai sepertiga suplai (studi NBER 2024). Apakah ini awal era pasar lebih stabil, atau sinyal bull run baru? Mari kita bedah data dan implikasinya!
Tren Menyusutnya Whale: Dari 2.400 ke 2.000 Alamat Sejak 2021
Sejak Januari 2021, jumlah whale Bitcoin terus merosot. Data gabungan Glassnode dan Coin Metrics tunjukkan: whale yang pegang >1.000 BTC kini tinggal 2.000 alamat—turun 17% dari puncak 2.400. Ini kontras tajam dengan akhir 2020, di mana whale kuasai sepertiga total suplai BTC menurut studi National Bureau of Economic Research (NBER) 2024. Kenapa whale mundur? Beberapa faktor: profit-taking pasca-ATH 2025, regulasi ketat di AS dan Eropa, plus diversifikasi ke aset lain seperti ETF ETH. Laporan Coinbase Q3 2025 sebut pergeseran arus modal ini bentuk ulang likuiditas pasar—whale gak lagi jadi “penguasa” tunggal.
Ledakan Investor Ritel: 55 Juta Alamat, Naik 57% dari 2021
Di sisi lain, ritel lagi on fire! Jumlah dompet ritel <1 BTC melonjak dari 35 juta (2021) jadi 55 juta pada November 2025—tumbuh 57% dalam 4 tahun. Ini sinyal partisipasi massal: app seperti Binance dan Coinbase catat pendaftaran ritel naik 40% YTD, didorong edukasi NFT, DeFi, dan kemudahan beli BTC via fiat. Bahkan saat harga BTC turun ke US$92.000 (dari ATH US$109.000), ritel justru tambah akumulasi—mirip pola “buy the dip” di bear market 2022. Glassnode bilang: “Distribusi kepemilikan BTC makin tersebar, ciptakan ekosistem lebih inklusif.”
Berikut perbandingan tren 2021 vs 2025:
| Kategori | 2021 | 2025 | Perubahan (%) |
|---|---|---|---|
| Whale (>1.000 BTC) | 2.400 alamat | 2.000 alamat | -17% |
| Ritel (<1 BTC) | 35 juta alamat | 55 juta alamat | +57% |
| Dominasi Whale | ~33% suplai | <25% suplai (est.) | -25% |
| Harga BTC Rata-rata | ~US$47.000 | ~US$92.000 | +96% |
Sumber: Glassnode, Coin Metrics, NBER 2024. Tren ini tunjukkan pasar BTC matang—gak lagi bergantung whale.
Alasan di Balik Pergeseran: Regulasi, Edukasi, dan Teknologi
Kenapa whale menyusut? Pertama, regulasi: SEC AS dan MiCA Eropa tekan whale untuk lapor aset, bikin banyak yang bagi dompet atau jual sebagian. Kedua, diversifikasi: whale pindah ke ETH ETF atau saham tech, kurangi konsentrasi BTC. Laporan Coinbase Q3 2025 sebut arus modal keluar whale capai US$15 miliar YTD.
Sementara ritel meledak karena: kemudahan akses (app mobile, staking yield 4-5%), edukasi via TikTok/YouTube, dan FOMO pasca-halving 2024. Di negara berkembang seperti Indonesia, ritel naik 30% berkat promo exchange lokal—bikin BTC lebih “demokratis”.
Kurangi Volatilitas, Tapi Risiko Manipulasi Masih Ada
Glassnode nilai tren ini positif: distribusi merata kurangi volatilitas—harga BTC lebih stabil karena gak bergantung jual besar-besaran whale. Potensi bull run 2026: ritel dorong adopsi massal, suplai likuid naik 20%. Tapi, kontra: ritel rawan FUD, bisa picu panic sell saat koreksi. Analis bilang: “Pasar BTC kini seperti saham—ritel kuat, tapi butuh edukasi untuk hindari jebakan.”
Era BTC yang Lebih Inklusif, Tapi Waspada Volatilitas
Penurunan whale dan ledakan ritel jadi cerita sukses BTC: aset makin tersebar, kurangi monopoli, dan dorong inovasi. Di November 2025 dengan harga US$92.000, ini momen beli ritel—tapi DYOR! Glassnode tutup: “Distribusi ini bentuk ulang likuiditas, ciptakan pasar lebih tangguh.”
