Vladimir Putih Serang Ukraina dengan 367 Drone

Putin Serang Ukraina dengan 367 Drone

Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan serangan besar-besaran dengan 367 drone ke Ukraina pada 24 Mei 2025, menargetkan infrastruktur energi dan militer. Serangan ini, salah satu yang terbesar sejak invasi 2022, memicu kerusakan signifikan dan kecaman global. Apa latar belakang dan dampaknya? Simak fakta berikut!

Kronologi Serangan Drone

Rusia mengerahkan 367 drone kamikaze, termasuk Shahed-136 buatan Iran, dalam serangan semalam di Kyiv, Kharkiv, dan wilayah selatan Ukraina. Menurut Angkatan Bersenjata Ukraina, sistem pertahanan udara menembak jatuh 216 drone, tetapi sisanya menghantam target. Akibatnya, pembangkit listrik di Kyiv rusak, menyebabkan pemadaman di beberapa kawasan. Postingan di X menyebut serangan ini sebagai respons Rusia terhadap kemajuan Ukraina di Donetsk. Serangan serupa pernah terjadi di Kyiv pada Juli 2023, menunjukkan pola eskalasi.

Bacaan Lainnya

Latar Belakang Kemarahan Putin

Serangan ini menyusul kemajuan pasukan Ukraina di wilayah Donetsk dan Luhansk, yang merebut kembali beberapa desa strategis. Menurut laporan, Rusia menuding Ukraina menggunakan drone dan rudal Barat untuk menyerang wilayah perbatasan. Selain itu, sanksi baru AS dan Uni Eropa terhadap ekspor minyak Rusia memicu ketegangan. Oleh karena itu, Putin memerintahkan serangan untuk melemahkan infrastruktur Ukraina dan menekan semangat juang Kyiv.

Dampak pada Infrastruktur Ukraina

Serangan drone merusak lima pembangkit listrik dan jaringan distribusi di Kyiv, menurut operator energi DTEK. Sekitar 200.000 rumah kehilangan listrik, dan tiga orang luka-luka di Kharkiv. Sementara itu, gudang militer di Odesa juga terkena serangan, mengganggu pasokan senjata. Menurut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Rusia berupaya “menghancurkan ketahanan rakyat Ukraina.” Dengan demikian, Ukraina mendesak bantuan pertahanan udara dari sekutu Barat.

Rusia ingin kami menyerah, tetapi kami akan bertahan,” tegas Zelenskyy pada 25 Mei 2025.

Respons Internasional

AS dan NATO mengecam serangan ini, menyebutnya pelanggaran hukum internasional. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menjanjikan tambahan bantuan militer senilai USD 1 miliar untuk Ukraina. Sementara itu, Uni Eropa mengutuk penggunaan drone Iran, menyerukan sanksi tambahan terhadap Teheran. Rusia membantah tuduhan tersebut, menyebut serangan sebagai “operasi militer sah.” Meskipun demikian, Dewan Keamanan PBB dijadwalkan membahas insiden ini pada 27 Mei 2025.

Implikasi Militer dan Politik

Serangan ini menunjukkan peningkatan ketergantungan Rusia pada drone murah untuk melemahkan Ukraina tanpa mempertaruhkan jet tempur. Menurut analis, strategi ini memungkinkan Rusia mempertahankan tekanan meskipun menghadapi sanksi ekonomi. Namun, kerusakan infrastruktur energi dapat memperpanjang penderitaan warga sipil Ukraina menjelang musim dingin. Selain itu, eskalasi ini memperumit upaya mediasi Turki untuk gencatan senjata. Apakah serangan ini akan mengubah dinamika perang? Diplomasi tetap sulit.

Tantangan bagi Ukraina

Ukraina menghadapi tantangan besar untuk memperbaiki infrastruktur sambil mempertahankan garis depan. Menurut laporan, Kyiv membutuhkan USD 5 miliar untuk rekonstruksi energi sebelum musim dingin. Sementara itu, kelelahan pasukan dan keterbatasan amunisi meningkatkan tekanan pada Zelenskyy untuk mencari bantuan Barat. Oleh karena itu, kemampuan Ukraina bertahan bergantung pada kecepatan dukungan internasional dan ketahanan rakyatnya.

Prospek Resolusi Konflik

Serangan ini menjauhkan prospek gencatan senjata, dengan kedua pihak menolak kompromi. Rusia menuntut Ukraina menyerahkan wilayah timur, sementara Kyiv bersikeras pada pemulihan perbatasan 1991. Menurut postingan di X, sentimen global terpecah, dengan beberapa pihak menyerukan de-eskalasi dan lainnya mendukung bantuan militer untuk Ukraina. Dengan demikian, perang ini tetap menjadi tantangan besar bagi stabilitas global.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *