Negosiasi tarif antara AS dan China akhirnya dimulai di Swiss. Tarif AS ke China capai 245%, China balas 125%. “Kami ingin kesepakatan adil,” ujar Menteri Keuangan AS Scott Bessent. Ketegangan perdagangan global memanas. Indonesia waspadai dampaknya. Apa itu negosiasi tarif China AS? Bagaimana pengaruhnya? Berikut ulasan lengkap.
Negosiasi Swiss: Langkah Awal Damai?
Pertemuan tingkat tinggi AS-China digelar di Jenewa, 11 Mei 2025. Reuters sebut ini langkah tentatif redakan perang dagang. AS dorong China penuhi kesepakatan Fase 1 2020, termasuk beli produk AS senilai $200 miliar. “Pintu terbuka, tapi AS harus hormati kami,” ujar juru bicara China Lin Jian. Oleh karena itu, ketulusan jadi kunci.
Perang Tarif: Dari 10% ke 245%
Awal 2025, Trump kenakan tarif 10% untuk barang China. April, tarif naik jadi 54%, lalu 145%. China balas dengan tarif 34% hingga 125%. “Ini adu kuat!” tulis @Ben3atha di X. Pasar saham AS anjlok 4% pada 6 April. IMF prediksi ekonomi global tumbuh cuma 2,8% di 2025. Akibatnya, dunia waswas.
Baca tentang Dampak Perang Dagang.
Mengapa Negosiasi Penting?
AS impor $438 miliar dari China pada 2024, dengan defisit $295 miliar. China kuasai 60% mobil listrik global. “China tak mudah dipojokkan,” ujar analis Marina Zhang. Negosiasi bisa turunkan tarif, stabilkan rantai pasok, dan cegah resesi. Selain itu, Indonesia, mitra dagang keduanya, butuh stabilitas. Oleh karena itu, hasil Swiss dinanti.
Dampak untuk Indonesia
Indonesia tingkatkan impor migas AS hingga 85% untuk nego tarif. “Kami jaga hubungan dengan AS dan China,” ujar Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Namun, China ancam balas negara yang kurangi dagang dengannya. “RI harus hati-hati,” ujar ekonom Ronny Sasmita. Akibatnya, diplomasi multilateral jadi strategi.
Baca tentang Strategi Perdagangan RI.
Tantangan di Meja Negosiasi
China minta AS hapus semua tarif April 2025. AS tuntut China stop curi kekayaan intelektual. “Negosiasi tak mudah,” ujar Bessent. China pegang obligasi AS $700 miliar, beri keunggulan strategis. X post @ianbremmer sebut China tolak klaim nego pada April. Selain itu, ketidakpastian picu keresahan pasar.
Harapan dari Jenewa
Pertemuan Swiss beri harapan. “Tak ada pemenang di perang dagang,” ujar Lin Jian. Trump optimistis: “Kami akan buat deal besar.” Indonesia berharap tarif turun, stabilkan harga komoditas. “Dunia butuh kerja sama,” tulis @shen_shiwei di X. Oleh karena itu, semua mata tertuju ke Swiss.