Puluhan suporter Persikas Subang memicu kemarahan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi saat membentangkan spanduk protes di acara rakyat pada 28 Mei 2025. Insiden ini berujung pada penahanan suporter, memicu sorotan publik. Apa yang terjadi dan bagaimana perkembangannya? Simak fakta berikut!
Insiden di Acara Nganjang Ka Warga
Acara Nganjang Ka Warga di Desa Sukamandijaya, Ciasem, Subang, berubah tegang ketika suporter Persikas Subang membentangkan spanduk bertuliskan “Selamatkan Persikas” dan meneriakkan yel-yel. Aksi ini mengganggu suasana haru saat Dedi berdialog dengan seorang ibu pemulung. Akibatnya, Dedi menghentikan acara, menegur keras suporter, dan menyebut tindakan mereka tidak beradab. Ia menegaskan acara tersebut fokus pada penderitaan rakyat, bukan urusan klub sepak bola. Dengan demikian, insiden ini menciptakan ketegangan di hadapan ribuan warga.
Penyebab Protes Suporter
Suporter memprotes rencana penjualan Persikas Subang, klub Liga 2 yang menjadi kebanggaan masyarakat. Isu akuisisi oleh pihak dari Sumatra Selatan, dengan potensi perubahan nama menjadi Sumsel United, memicu kekhawatiran. Persikas, yang berdiri sejak 1948, menghadapi tantangan finansial untuk berkompetisi di Liga 2, membutuhkan dana hingga Rp 13 miliar. Sementara itu, pemerintah daerah tidak dapat mendanai klub karena aturan yang melarang penggunaan APBD untuk olahraga profesional. Oleh karena itu, suporter menuntut Dedi turun tangan menyelamatkan klub.
Reaksi Dedi Mulyadi
Dedi menegaskan Subang membutuhkan infrastruktur seperti jalan dan sekolah, bukan klub sepak bola yang memakan biaya besar. Ia menilai aksi suporter tidak tepat waktu, mengabaikan penderitaan warga di depan mereka. Dedi juga menyatakan kemarahannya bertujuan mendidik, bukan mencari popularitas. Selain itu, ia meminta aparat mengamankan suporter dan menyita spanduk mereka. Dengan demikian, tindakannya mencerminkan prioritas pada kebutuhan masyarakat di tengah keterbatasan anggaran.
Penahanan dan Pemulangan Suporter
Polisi mengamankan 21 suporter ke Mapolsek Ciasem untuk pemeriksaan setelah insiden pada 28 Mei 2025. Mereka menjalani pendataan hingga Kamis sore, dengan spanduk “Selamatkan Persikas” disita. Sebagian suporter dipulangkan pada malam itu, sementara lainnya kembali keesokan harinya setelah pemeriksaan selesai. Sementara itu, manajemen Persikas belum memberikan tanggapan resmi terkait aksi atau rencana penjualan klub. Oleh karena itu, kasus ini berakhir dengan pemulangan suporter tanpa laporan tindakan hukum lebih lanjut.
Implikasi bagi Persikas dan Subang
Insiden ini menyoroti tantangan finansial Persikas, yang berjuang bertahan di Liga 2 tanpa dukungan anggaran daerah. Aksi suporter meningkatkan kesadaran publik tentang nasib klub, tetapi juga memicu polarisasi. Sebagian warga mendukung semangat suporter, sementara lainnya setuju dengan Dedi bahwa kebutuhan dasar seperti pendidikan lebih mendesak. Selain itu, kejadian ini mempertanyakan peran pemerintah dalam mendukung olahraga lokal. Dengan demikian, masa depan Persikas tetap tidak pasti di tengah isu penjualan.
Tantangan ke Depan
Pemerintah Subang perlu mencari solusi untuk menjaga identitas Persikas tanpa melanggar aturan pendanaan. Suporter dan manajemen klub harus menyampaikan aspirasi di forum yang tepat untuk menghindari konflik serupa. Selain itu, pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan masyarakat tetap menjadi prioritas utama. Publik terbagi, dengan sebagian melihat aksi suporter sebagai ekspresi cinta klub dan lainnya menilainya tidak pada tempatnya. Apakah Persikas dapat bertahan? Dialog antara pemangku kepentingan akan menentukan langkah selanjutnya.