Istana Bantah Megawati Abaikan Gibran di Hari Pancasila

Istana Bantah Megawati Abaikan Gibran

Istana membantah isu Megawati Soekarnoputri mengabaikan Gibran Rakabuming Raka saat Upacara Hari Lahir Pancasila pada 2 Juni 2025. Isu ini memicu perbincangan luas. Apa fakta kejadian dan responsnya? Simak fakta berikut!

Klarifikasi Istana

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menepis isu bahwa Megawati mengabaikan Gibran selama upacara di Gedung Pancasila, Jakarta. Ia menyebut isu tersebut hanya gosip dan enggan berkomentar lebih lanjut. Hasan menegaskan tidak ada ketegangan antara keduanya. Akibatnya, pernyataan ini meredam spekulasi publik. Gibran dan Megawati berbincang santai di holding room sebelum upacara, menunjukkan suasana akrab. Dengan demikian, Istana menegaskan hubungan keduanya tetap harmonis.

Bacaan Lainnya

Momen di Upacara Pancasila

Upacara Hari Lahir Pancasila berlangsung khidmat di Gedung Pancasila, dipimpin Presiden Prabowo Subianto. Megawati, sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP, berdiri diapit Prabowo dan Gibran. Gibran menanyakan kesehatan Megawati di holding room, mencerminkan perhatian. Keduanya juga bercanda bersama tokoh lain, seperti Ahmad Muzani. Selain itu, Prabowo mempersilakan Megawati mendahului saat menuju podium, menunjukkan gestur hormat. Oleh karena itu, momen ini menunjukkan kebersamaan antartokoh.

Isu Kursi Kosong

Sebuah foto menunjukkan kursi kosong antara Megawati dan Gibran, memicu spekulasi jarak di antara keduanya. Wakil Kepala BPIP Rima Agustina menjelaskan kursi tersebut disediakan untuk Prabowo jika ia memilih duduk sebelum atau sesudah upacara. Penjelasan ini mematahkan asumsi ketegangan. Megawati duduk di barisan depan bersama Try Sutrisno dan Yudian Wahyudi. Akibatnya, isu kursi kosong terbantahkan sebagai miskomunikasi visual. Dengan demikian, fakta ini mengklarifikasi situasi di upacara.

Latar Belakang Isu

Isu ini muncul di tengah dinamika politik pasca-Pilpres 2024, di mana Gibran, mantan kader PDI-P, maju bersama Prabowo, menimbulkan ketegangan dengan Megawati. PDI-P memecat Gibran dan Jokowi setelah Pilpres. Namun, kehadiran Megawati bersama Gibran di upacara menunjukkan kematangan politik. Selain itu, Partai Nasdem dan Golkar menyambut positif momen ini, menyebutnya simbol persatuan. Oleh karena itu, isu ini lebih mencerminkan persepsi daripada fakta.

Respons Publik

Publik di media sosial menunjukkan reaksi beragam. Sebagian memuji keakraban Megawati dan Gibran sebagai tanda harmoni nasional, sementara lainnya mempertanyakan narasi ketegangan. Partai Golkar menilai pertemuan tokoh bangsa memperkuat suasana damai. Hermawi Taslim dari Nasdem menyebut momen ini positif untuk stabilitas. Akibatnya, diskusi publik memperkuat narasi persatuan. Dengan demikian, momen ini menginspirasi optimisme akan kohesi politik.

Prospek Persatuan Nasional

Kebersamaan Megawati, Gibran, dan Prabowo di upacara memperkuat pesan Pancasila sebagai pemersatu. Pemerintah mendorong dialog antartokoh untuk menjaga stabilitas politik. Selain itu, edukasi Pancasila akan diperluas di sekolah untuk menanamkan nilai persatuan. BPIP berencana menggelar forum lintas tokoh guna memperkokoh ideologi bangsa. Momen ini menunjukkan elite politik mampu mengesampingkan perbedaan demi kepentingan nasional. Oleh karena itu, persatuan tetap menjadi fokus utama ke depan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *