Israel mengeluarkan ancaman keras kepada Hamas pada 31 Mei 2025, menuntut kelompok itu menyetujui kesepakatan pembebasan sandera di Gaza atau menghadapi kehancuran total. Ancaman ini muncul di tengah negosiasi gencatan senjata yang intens. Apa isi kesepakatan dan bagaimana responsnya? Simak fakta berikut!
Israel Serukan Hamas Terima Proposal
Israel menegaskan Hamas harus menerima “Kesepakatan Witkoff” untuk membebaskan sandera atau bersiap menghadapi konsekuensi berat. Menteri Pertahanan Israel menyatakan Hamas akan “dimusnahkan” jika menolak proposal tersebut. Ancaman ini menyusul pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa gencatan senjata sudah sangat dekat. Akibatnya, Hamas berada di bawah tekanan besar untuk menyetujui kesepakatan yang mencakup pembebasan sandera dan perpanjangan gencatan senjata. Dengan demikian, ketegangan di Gaza semakin meningkat.
Rincian Kesepakatan Witkoff
Kesepakatan Witkoff mengusulkan pembebasan bertahap sandera yang Hamas tahan sejak serangan 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang dan menculik 251 lainnya. Tahap awal melibatkan pembebasan sandera tertentu dengan imbalan gencatan senjata sementara. Israel juga menawarkan pertukaran tahanan Palestina yang mereka tahan. Selain itu, negosiasi menunda pembicaraan tahap kedua, yang mencakup penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza. Oleh karena itu, kesepakatan ini menjadi langkah krusial untuk meredakan konflik.
Latar Belakang Konflik Gaza
Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023, memicu serangan balasan Israel yang menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Hamas masih menahan sekitar 100 sandera, termasuk warga Israel dan asing, dengan delapan di antaranya dilaporkan meninggal. Israel memberlakukan blokade ketat, menyebabkan krisis kemanusiaan di Gaza. Gencatan senjata sebelumnya memungkinkan pembebasan 33 sandera Israel dan 1.900 tahanan Palestina. Sementara itu, situasi tetap genting tanpa solusi permanen. Dengan demikian, kesepakatan baru sangat mendesak.
Hamas dan Reaksi Publik
Hamas belum menanggapi ancaman Israel secara resmi, tetapi sebelumnya menyetujui usulan gencatan senjata yang dimediasi Mesir dan Qatar. Kelompok ini menuntut dimulainya negosiasi tahap kedua, termasuk penarikan penuh pasukan Israel. Publik di media sosial menunjukkan perpecahan, dengan sebagian mendukung tekanan Israel untuk membebaskan sandera dan lainnya mengecam ancaman sebagai eskalasi berbahaya. Akibatnya, negosiasi berada di persimpangan kritis. Oleh karena itu, mediasi internasional memainkan peran penting.
AS Dorong Mediasi Kesepakatan
AS aktif mendorong Kesepakatan Witkoff untuk memperpanjang gencatan senjata. Trump menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan “sangat dekat” pada 31 Mei 2025. Mediator Mesir dan Qatar berupaya menjembatani perbedaan antara Israel dan Hamas. AS menekan Hamas untuk menerima proposal tanpa syarat tambahan, menawarkan jaminan keamanan sementara. Selain itu, diplomasi AS bertujuan mencegah eskalasi militer lebih lanjut. Dengan demikian, peran AS menentukan kemajuan negosiasi.
Prospek Kesepakatan dan Gencatan Senjata
Kesepakatan Witkoff berpotensi meredakan konflik jika Hamas menyetujui syarat pembebasan sandera. Gencatan senjata sementara akan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, mengurangi penderitaan warga. Penolakan Hamas dapat memicu operasi militer Israel yang lebih keras, memperburuk krisis. Indonesia mendukung solusi dua negara, menyerukan pengakuan Palestina untuk perdamaian jangka panjang. Konferensi internasional pada Juni 2025 akan membahas langkah lanjutan. Oleh karena itu, kompromi kedua pihak sangat menentukan keberhasilan.