Indonesia mencatatkan diri sebagai negara dengan pertumbuhan pengguna aplikasi kripto tertinggi kedua di dunia pada 2024, dengan lonjakan frekuensi penggunaan sebesar 54%. Tren ini menegaskan minat besar masyarakat terhadap aset digital. Apa pendorongnya dan bagaimana implikasinya? Simak fakta berikut!
Lonjakan Pengguna Aplikasi Kripto
Pada 2024, frekuensi penggunaan aplikasi kripto di Indonesia melonjak 54% dibandingkan tahun sebelumnya, menempatkan negara ini di peringkat dua global. Pertumbuhan ini mencerminkan keterlibatan pengguna yang membuka aplikasi kripto lebih sering untuk trading, investasi, atau memantau pasar. Akibatnya, Indonesia hanya kalah dari negara dengan pertumbuhan tertinggi, menunjukkan antusiasme besar terhadap ekosistem digital. Lonjakan paling signifikan terjadi pada kuartal keempat, seiring kenaikan harga Bitcoin hingga USD 110.630 atau Rp 1,8 miliar pada Mei 2025. Dengan demikian, minat masyarakat terus meningkat sejalan dengan pasar kripto yang stabil.
Faktor Pendorong Pertumbuhan
Pertumbuhan ini didorong oleh populasi digital yang besar, dengan 204,7 juta pengguna internet pada 2022, atau 73,7% dari total penduduk. Generasi muda, terutama milenial dan Gen Z, mendominasi adopsi kripto karena keterbukaan terhadap teknologi dan investasi alternatif. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi global dan pengendalian inflasi meningkatkan kepercayaan investor. Stabilitas harga Bitcoin dan regulasi yang lebih jelas juga mendorong pengguna untuk aktif menggunakan aplikasi kripto. Oleh karena itu, kombinasi demografi, ekonomi, dan regulasi menjadi katalis utama.
Peran Edukasi dan Platform Kripto
Edukasi kripto memainkan peran besar dalam mendorong adopsi. Komunitas, pelaku industri, dan lembaga pendidikan menyediakan materi seperti webinar dan artikel untuk meningkatkan pemahaman pengguna. Platform seperti Tokocrypto, Pintu, dan Reku, yang terdaftar di Bappebti, menawarkan antarmuka ramah pengguna dan fitur seperti staking serta trading instan. Selain itu, keamanan platform dengan teknologi seperti cold storage dan regulasi ketat menambah kepercayaan. Dengan demikian, akses mudah dan pendidikan yang memadai mempercepat pertumbuhan pengguna aplikasi kripto.
Implikasi bagi Ekonomi Digital
Peningkatan pengguna aplikasi kripto menunjukkan potensi Indonesia sebagai pusat kripto di Asia Tenggara. Pada Februari 2025, jumlah investor kripto mencapai 13,31 juta dengan transaksi Rp 76,85 triliun, naik dari Rp 55,26 triliun pada 2024. Aset seperti Bitcoin, Ethereum, dan Tether (USDT) menjadi favorit, mencerminkan strategi investasi jangka panjang. Selain itu, sektor seperti DeFi dan tokenisasi aset riil (RWA) menarik minat, menjanjikan pertumbuhan hingga USD 10 triliun pada 2030. Oleh karena itu, tren ini memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi digital global.
Respons Publik dan Industri
Masyarakat Indonesia kini melihat kripto sebagai bagian dari strategi keuangan, bukan hanya spekulasi. Investor lebih teredukasi, memilih platform terpercaya, dan memahami risiko volatilitas. Pelaku industri mendorong inovasi, seperti fitur trading cepat dan program VIP, untuk menarik pengguna baru. Namun, sebagian publik tetap khawatir tentang fluktuasi harga dan keamanan siber. Sementara itu, regulasi yang jelas meningkatkan kepercayaan, memastikan transaksi aman dan transparan. Dengan demikian, adopsi kripto berjalan lebih stabil dan berkelanjutan.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Tantangan utama adalah menjaga keamanan dan mengatasi volatilitas pasar, yang dapat mengurangi minat investor ritel. Edukasi harus terus diperluas untuk mencegah penipuan dan meningkatkan literasi keuangan. Selain itu, infrastruktur teknologi perlu ditingkatkan untuk mendukung lonjakan pengguna. Namun, peluang besar terbuka dengan populasi digital yang besar dan regulasi yang kondusif. Indonesia berpotensi menjadi pusat karir kripto, dengan permintaan akan talenta seperti blockchain developer. Apakah Indonesia akan jadi pemimpin kripto? Inovasi dan edukasi akan menentukan masa depan.