Harga Bitcoin mengalami fluktuasi signifikan pada Mei 2025, bergerak antara USD 107.000 hingga USD 112.000, setara Rp 1,74 miliar hingga Rp 1,82 miliar. Volatilitas ini memicu spekulasi tentang pergerakan harga di Juni 2025. Apa pemicu pergerakan dan prospeknya? Simak fakta berikut!
Fluktuasi Harga Bitcoin di Mei
Bitcoin mencapai puncak USD 112.000 pada pertengahan Mei 2025, namun terkoreksi ke USD 107.000 menjelang akhir bulan. Koreksi ini mencerminkan aksi ambil untung setelah lonjakan harga. Jumlah dompet investor besar dengan 1.000–10.000 BTC turun dari 2.021 menjadi 2.003 antara 25-27 Mei, menunjukkan tekanan jual. Akibatnya, pasar mengalami konsolidasi dengan volatilitas tinggi. Indeks RSI 14-hari di level 65,44 mengindikasikan momentum netral. Dengan demikian, Bitcoin memasuki fase kritis menjelang Juni.
Pemicu Volatilitas Mei
Kebijakan tarif impor 50% oleh Presiden AS Donald Trump pada baja dan aluminium memengaruhi pasar saham, tetapi Bitcoin tetap tangguh. Saham global turun hingga 2%, sedangkan Bitcoin hanya melemah 0,3% dalam 24 jam. Arus masuk ETF Bitcoin spot sebesar USD 667 juta pada Mei memperkuat ketahanan. Selain itu, pelonggaran kebijakan moneter global meningkatkan likuiditas, mendukung harga Bitcoin. Oleh karena itu, faktor makroekonomi dan institusional memicu dinamika pasar.
Prediksi Harga untuk Juni
Analis memprediksi Bitcoin berpotensi mencapai USD 120.000–130.000 pada Juni 2025 jika bertahan di atas USD 100.000. Namun, penurunan di bawah USD 93.000 dapat memicu koreksi ke USD 89.302, sesuai rata-rata pergerakan 50 hari. Pertemuan FOMC pada 17–18 Juni akan memengaruhi volatilitas, terutama jika suku bunga tetap tinggi. Akibatnya, investor perlu memantau level dukungan USD 102.640 dan resistensi USD 105.000. Dengan demikian, Juni menjadi bulan krusial bagi Bitcoin.
Faktor Pendukung dan Risiko
Adopsi institusional, seperti pembelian 4.710 BTC oleh GameStop, mendorong optimisme pasar. Kontrak call option USD 300.000 untuk Juni di Deribit mencerminkan spekulasi agresif, meski target realistis berada di USD 160.000. Namun, data historis menunjukkan return Bitcoin di Juni rata-rata -0,35%, menandakan risiko koreksi. Selain itu, potensi stagflasi dan aksi arbitrase institusional dapat memicu fluktuasi. Oleh karena itu, manajemen risiko sangat penting bagi investor.
Respons Publik dan Pasar
Investor ritel di Indonesia, dengan 13,31 juta pengguna kripto, menunjukkan antusiasme tinggi. Media sosial ramai dengan diskusi tentang potensi kenaikan Bitcoin, meski beberapa menyuarakan kekhawatiran volatilitas. Platform seperti Tokocrypto melaporkan peningkatan volume perdagangan sebesar 12% pada 31 Mei. Sementara itu, sentimen bullish tetap kuat karena dukungan regulasi pro-kripto di AS. Dengan demikian, pasar mencerminkan optimisme hati-hati.
Prospek Investasi Bitcoin di Juni
Bitcoin berpeluang melanjutkan tren naik jika faktor makroekonomi mendukung, seperti penurunan inflasi AS atau pelonggaran suku bunga. Investor institusional kemungkinan akan memanfaatkan koreksi untuk akumulasi, memperkuat level dukungan USD 100.000. Indonesia dapat memanfaatkan pertumbuhan pengguna kripto untuk mendorong edukasi dan investasi aman melalui platform terpercaya. Selain itu, strategi beli bertahap akan membantu meredam volatilitas. Oleh karena itu, Juni menawarkan peluang investasi dengan risiko yang terukur.