Dua ledakan keras menggema di masjid SMAN 72 Kelapa Gading, tepat saat ratusan siswa tengah menunaikan ibadah salat Jumat. Akibatnya, 60 siswa menjadi korban luka-luka, dengan tingkat keparahan bervariasi. Yang lebih mengejutkan, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengungkap bahwa terduga pelaku masih berasal dari lingkungan SMAN 72 itu sendiri.
“Informasi sementara masih dari lingkungan sekolah tersebut,” ujar Kapolri dengan nada tegas saat konferensi pers di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat sore. Pernyataan ini langsung memicu gelombang spekulasi: apakah pelaku adalah siswa aktif, alumni, atau bahkan tenaga pendidik?
Kronologi Lengkap: Dari Salat Jumat hingga Kepanikan Massal
Kejadian bermula sekitar pukul 12.15 WIB, ketika azan Jumat baru saja berkumandang. Ratusan siswa laki-laki berkumpul di masjid sekolah yang terletak di lantai dasar gedung utama. Tak ada yang menyangka, di tengah khusyuknya salat, dentuman pertama terdengar sangat keras, disusul ledakan kedua hanya berselang beberapa detik.
“Saya sedang sujud, tiba-tiba ‘Duar!’ Saya kira petasan besar. Tapi pas lihat asap tebal dan teman-teman pada teriak, langsung lari keluar,” cerita Rafi (17), salah satu siswa kelas XII yang selamat dengan luka ringan di kaki akibat terjatuh saat berdesakan.
Kepanikan langsung melanda. Pintu masjid yang sempit menjadi bottleneck, menyebabkan puluhan siswa terinjak-injak. Beberapa siswa perempuan yang sedang berada di lantai atas juga ikut panik dan berlarian menuruni tangga. Rekaman amatir warga yang beredar di media sosial menunjukkan asap hitam pekat keluar dari ventilasi masjid, disertai jeritan histeris.
Respons Cepat Polisi dan Posko Darurat
Tak sampai 10 menit setelah laporan masuk, puluhan personel Polres Jakarta Utara dan Polda Metro Jaya sudah tiba di lokasi. Garis polisi langsung dipasang mengelilingi area masjid dan halaman sekolah. Tim Gegana Polda Metro Jaya dikerahkan untuk sterilisasi, memastikan tidak ada bom ketiga.
“Alhamdulillah, tidak ditemukan bahan peledak aktif lainnya,” ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, saat ditemui di lokasi.
Polda Metro Jaya segera mendirikan dua posko kesehatan darurat:
- RS Islam Jakarta Cempaka Putih – menangani korban luka sedang hingga berat
- RS Yarsi – fokus pada luka ringan dan trauma psikologis
Hingga pukul 18.00 WIB, mayoritas korban sudah diperbolehkan pulang setelah mendapat perawatan awal. Hanya 8 siswa yang masih dirawat intensif karena luka bakar ringan dan patah tulang akibat terinjak.
Kapolri: “Kami Dalami Identitas, Rumah, dan Lingkungan Pelaku”
Dalam konferensi pers yang digelar hanya beberapa jam pasca-kejadian, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo didampingi Mensesneg Prasetyo Hadi dan Seskab Teddy Indra Wijaya. Ia menegaskan bahwa identitas terduga pelaku sudah dikantongi, meski belum dirilis ke publik.
“Anggota sedang melakukan pendalaman terkait identitas pelaku, lingkungan pelaku, termasuk rumah dan hal-hal lain. Saat ini sedang kita dalami dan akan diinformasikan lebih lanjut,” tegasnya.
Saat ditanya apakah pelaku berusia 17 tahun dan berstatus mahasiswa, Kapolri hanya menjawab singkat: “Masih dari lingkungan sekolah tersebut.”
Pernyataan ini langsung memicu pertanyaan besar:
- Apakah pelaku siswa aktif SMAN 72?
- Apakah ada motif pribadi, seperti dendam atau tekanan akademik?
- Atau ini bagian dari aksi terencana yang lebih besar?
Spekulasi Awal: Petasan, Bom Rakitan, atau Teror?
Saksi mata melaporkan bahwa ledakan pertama terdengar seperti petasan besar, namun ledakan kedua jauh lebih kuat dan disertai kilatan api. Tim forensik Labfor Polda Metro Jaya kini sedang menganalisis serpihan yang ditemukan di lokasi.
“Ada indikasi bahan peledak rakitan berdaya rendah. Kami temukan serpihan plastik, paku kecil, dan sisa bubuk hitam,” ujar sumber internal kepolisian yang enggan disebut namanya.
Meski demikian, pihak kepolisian menolak menyebut ini sebagai aksi terorisme sebelum ada bukti kuat. “Kami tidak ingin berspekulasi. Semua kemungkinan masih didalami,” kata Dirreskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Wira Satya Triputra.
Dampak Psikologis: Traumatik bagi Ribuan Siswa
Tak hanya luka fisik, peristiwa ini meninggalkan trauma mendalam bagi ribuan siswa SMAN 72. Beberapa orang tua yang datang menjemput anaknya terlihat menangis histeris di gerbang sekolah.
“Saya dapat telepon dari guru, langsung buru-buru ke sini. Anak saya kelas X, katanya sedang di masjid. Alhamdulillah selamat, tapi sampai sekarang masih gemetaran,” cerita Ibu Siti (45), wali murid.
Pihak sekolah telah mengumumkan libur darurat selama 3 hari (Senin-Rabu, 10-12 November 2025) untuk pemulihan. Psikolog dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta juga dikerahkan untuk trauma healing.
Reaksi Masyarakat dan Doa untuk Korban
Hingga Jumat malam, tagar #PrayForSMAN72 dan #JakartaAman ramai diperbincangkan di media sosial. Banyak warga Jakarta Utara yang datang ke lokasi hanya untuk mendoakan korban, meski sudah dipasangi garis polisi.
“Saya tinggal di sebelah sekolah. Tadi siang kaget banget, kaya bom. Semoga pelakunya cepat tertangkap,” ujar Pak Joko (52), warga Kelapa Gading.
Halo Jakarta Akan Terus Update
Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa keamanan di lingkungan pendidikan bukan hal sepele. SMAN 72, yang dikenal sebagai salah satu sekolah negeri favorit di Jakarta Utara, kini menjadi pusat perhatian nasional.
Halo Jakarta berkomitmen untuk terus memantau perkembangan kasus ini 24 jam non-stop. Kami akan menghadirkan:
- Update identitas pelaku begitu dirilis polisi
- Wawancara eksklusif dengan korban dan keluarga
- Analisis ahli keamanan sekolah
- Langkah pencegahan dari Dinas Pendidikan
Pantau terus Halo Jakarta
