Bitcoin Ambruk di Bawah USD 100.000 Imbas Serangan AS ke Iran

Serangan AS ke fasilitas nuklir Iran mengguncang pasar kripto global, menyebabkan harga Bitcoin terjun di bawah USD 100.000, memicu kepanikan investor dan likuidasi lebih dari USD 1 miliar! Oleh karena itu, pasar aset digital bergejolak, tetapi prediksi menunjukkan potensi rebound. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Simak analisis eksklusif bersama Halo Jakarta!

Pasar Kripto Terguncang Keras

Serangan AS ke fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan pada 22 Juni 2025 memicu guncangan di pasar kripto. Akibatnya, harga Bitcoin anjlok 3,8 persen ke USD 98.904, level terendah sejak Mei 2025. Selain itu, Ethereum merosot 7,7 persen ke USD 2.200, sementara Solana dan Cardano masing-masing turun 5 persen dan 6 persen. Ketegangan geopolitik mendorong investor beralih ke aset aman seperti emas dan dolar AS, dengan likuidasi posisi long mencapai USD 915 juta dalam 24 jam. Pasar kripto tetap sensitif terhadap eskalasi Timur Tengah, tetapi pemulihan mulai terlihat pada 23 Juni dengan Bitcoin naik ke USD 100.843.

Bacaan Lainnya

Faktor Penyebab Kehancuran Kripto

Beberapa faktor memicu penurunan drastis ini. Pertama, konflik Iran-AS meningkatkan premi risiko, membuat investor menghindari aset berisiko seperti kripto. Kedua, arus masuk ke ETF spot Bitcoin anjlok dari USD 1 miliar pada awal pekan menjadi hanya USD 6,4 juta pada Jumat sebelum serangan. Selain itu, kenaikan harga minyak sebesar 5,7 persen ke USD 81,40 per barel akibat ancaman penutupan Selat Hormuz menambah tekanan. Meskipun demikian, fundamental Bitcoin tetap kuat dengan pasokan terbatas 19,87 juta dari 21 juta BTC, menawarkan harapan bagi investor jangka panjang.

Prediksi Harga Bitcoin ke Depan

Meskipun pasar kripto terpukul, peluang rebound muncul. Pertama, Bitcoin menunjukkan ketahanan dengan kenaikan 4,5 persen ke USD 101.257 pada 24 Juni, menandakan pemulihan awal. Kedua, adopsi institusional, seperti pembelian 10.100 BTC oleh perusahaan besar, memperkuat kepercayaan pasar. Selain itu, ekspektasi penurunan suku bunga AS pada Q4 2025 dapat mendorong aset berisiko. Namun, ancaman penutupan Selat Hormuz, yang mengangkut 20 persen minyak dunia, dapat memperpanjang volatilitas. Pasar kripto global tetap waspada terhadap perkembangan geopolitik.

Dampak Ekonomi dan Pasar Kripto

Eskalasi ini mengguncang perekonomian global. Pertama, harga minyak melonjak, memicu inflasi dan melemahkan pasar saham Teluk sebesar 2-3 persen. Kedua, dolar AS menguat 0,37 persen ke Rp 16.456, menekan nilai kripto dalam rupiah. Sementara itu, 65 persen warga Timur Tengah khawatir konflik meluas, memengaruhi sentimen investor. Meskipun begitu, Bitcoin dan altcoin seperti Ethereum dan Solana menunjukkan tanda-tanda pemulihan, dengan total kapitalisasi pasar kripto mencapai USD 3,12 triliun pada 24 Juni.

Aset Kripto Terdampak

Berikut pergerakan harga kripto utama pasca-serangan AS pada 22 Juni 2025:

  • Bitcoin (BTC): Turun 3,8% ke USD 98.904, pulih ke USD 101.257.

  • Ethereum (ETH): Anjlok 7,7% ke USD 2.200.

  • Solana (SOL): Merosot 5% ke USD 121.

  • Cardano (ADA): Turun 6% ke Rp 8.890 per koin.

Bitcoin ambruk imbas serangan AS ke Iran, akankah pulih? Ikuti analisis pasar kripto dan update geopolitik di Halo Jakarta atau kunjungi halojakarta.id untuk wawasan eksklusif.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *