Taksi Terbang EHang 216-S Perdana Angkut Penumpang di RI

Revolusi transportasi udara dimulai di Indonesia, ketika taksi terbang otonom EHang 216-S sukses mengangkut penumpang perdana di langit Pantai Indah Kapuk 2 pada 25 Juni 2025, menjanjikan solusi futuristik untuk mengatasi kemacetan kota dengan biaya hanya Rp 500 ribu per penerbangan! Oleh karena itu, dunia menyoroti langkah Indonesia menuju era mobilitas udara. Apa keunggulan teknologi ini? Simak analisis eksklusif bersama Halo Jakarta!

Momen Bersejarah di Langit Jakarta

Pada 25 Juni 2025, EHang 216-S, taksi terbang otonom bertenaga listrik, mencatat sejarah di Phantom Ground Park, PIK 2, Tangerang. Pertama, dua penumpang, termasuk selebritas dan utusan khusus presiden untuk generasi muda, menjajal penerbangan singkat selama 5 menit, lepas landas dan mendarat secara vertikal layaknya drone raksasa. Kedua, uji coba ini menandai kali pertama EHang mengangkut manusia di Indonesia, setelah sebelumnya hanya menguji tanpa penumpang di Bali (2021) dan Jakarta (2022). Selain itu, Kementerian Perhubungan memberikan izin resmi untuk penerbangan ini, menegaskan langkah menuju legalitas operasional.

Bacaan Lainnya

Spesifikasi Unggulan EHang 216-S

EHang 216-S, kendaraan udara otonom (AAV), mendukung rute pendek perkotaan. Pertama, kendaraan ini mengangkut dua penumpang dengan muatan maksimal 220 kg, memiliki dimensi 1,77 m (tinggi) x 5,61 m (lebar), dan hanya memerlukan lahan parkir 5 m² berkat 8 lengan lipat. Kedua, 16 baling-baling dan motor listrik memungkinkan EHang menempuh jarak hingga 30 km, waktu terbang 18-25 menit, dan kecepatan maksimal 130 km/jam. Sementara itu, tim mengisi baterai dalam 1-1,5 jam menggunakan tegangan 220V atau 380V. Meskipun demikian, sistem navigasi berbasis AI dan kontrol jarak jauh via jaringan 4G/5G menjamin keselamatan dengan lima fungsi inti: pemantauan, pengendalian, peringatan dini, pengiriman, dan manajemen klaster.

Solusi Kemacetan dan Biaya Terjangkau

Taksi terbang ini menawarkan solusi revolusioner untuk kemacetan kota. Pertama, biaya operasional hanya Rp 500 ribu per penerbangan (25-30 menit), jauh lebih murah dibandingkan helikopter yang mencapai Rp 50 juta untuk durasi serupa. Kedua, EHang merancang rute dalam kota, seperti PIK ke Plaza Senayan atau Senayan ke Pondok Indah, bukan antarkota seperti Jakarta-Bandung. Selain itu, tenaga listrik membuatnya ramah lingkungan, mengurangi emisi dibandingkan transportasi konvensional. Namun, tim masih mengembangkan ekosistem pendukung seperti landing pad dan stasiun pengisian daya untuk efisiensi operasional.

Masa Depan Mobilitas Udara di Indonesia

Langkah ini membuka peluang besar. Pertama, tim merencanakan uji coba di Ibu Kota Nusantara (IKN), menargetkan transportasi di wilayah terpencil atau padat. Kedua, Kementerian Perhubungan menyusun regulasi untuk kendaraan udara otonom, berpotensi menjadikan Indonesia pelopor taksi terbang di Asia Tenggara. Sementara itu, tokoh seperti Ketua IMI dan anggota DPR mendukung potensi EHang untuk pariwisata, logistik, dan penyelamatan medis. Meskipun begitu, tantangan seperti infrastruktur landing pad dan keamanan sistem otonom masih perlu tim atasi.

Fakta Utama Taksi Terbang EHang 216-S

Berikut fakta utama EHang 216-S di Indonesia:

  • Uji Coba Perdana: 25 Juni 2025, PIK 2, Tangerang, dengan penumpang.

  • Spesifikasi: 30 km jarak, 18-25 menit, 130 km/jam, muatan 220 kg.

  • Biaya: Rp 500 ribu per penerbangan, vs Rp 50 juta helikopter.

  • Sertifikasi: Tipe dari CAAC, regulasi Indonesia dalam proses.

  • Kegunaan: Rute dalam kota, ramah lingkungan, otonom via 4G/5G.

Taksi terbang EHang 216-S ubah wajah transportasi! Ikuti perkembangan teknologi ini di Halo Jakarta atau kunjungi halojakarta.id untuk wawasan eksklusif.

Pos terkait