Siapa Paus Leo XIV? Penerus Fransiskus yang Mengejutkan Dunia

Paus Leo XIV

Jakarta, 9 Mei 2025 – Dunia menyambut kejutan besar dari Vatikan: Paus Leo XIV, Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat, terpilih sebagai Paus ke-267 pada 8 Mei 2025, menggantikan Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025. Sebagai Paus pertama dari Amerika Serikat, pemilihan Leo XIV memicu gelombang antusiasme dan rasa ingin tahu global. Siapa sosok di balik jubah

putih ini, dan apa visinya untuk 1,4 miliar umat Katolik? Mari kita telusuri perjalanan dan harapan dari kepemimpinan yang menjanjikan ini.

Bacaan Lainnya

Dari Chicago ke Vatikan: Perjalanan Paus Leo XIV

Robert Francis Prevost, lahir di Chicago pada 14 September 1955, bukanlah nama yang asing di kalangan elite Vatikan. Sebagai anggota Ordo Santo Agustinus, ia menghabiskan satu dekade sebagai misionaris di Peru, melayani sebagai pastor, pengajar seminari, dan kemudian Uskup Chiclayo (2015–2023). Pada 2023, Paus Fransiskus menunjuknya sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup, menandakan kepercayaan besar terhadapnya.

Pemilihan Paus Leo XIV berlangsung cepat. Konklaf yang dimulai pada 7 Mei 2025 di Kapel Sistina hanya membutuhkan tiga putaran suara. Ketika asap putih mengepul dan Kardinal Protodeacon Dominique Mamberti mengumumkan “Habemus Papam”, dunia terkejut mendengar nama Prevost dan pilihannya sebagai Leo XIV – sebuah nama yang menggemakan Paus Leo Agung dan Paus Leo XIII, dua tokoh berpengaruh dalam sejarah Gereja.

Pidato Pertama: Visi Damai dan Sinodalitas

Dari balkon Basilika Santo Petrus, Paus Leo XIV menyapa umat dengan kehangatan: “Saudara-saudari, mari kita berjalan bersama menuju damai.” Pidatonya menekankan Gereja yang “sinodal” – mendengarkan, inklusif, dan dekat dengan yang menderita. Ia juga menghormati warisan Paus Fransiskus, dengan berkata, “Mari kita lanjutkan semangat kerendahan hati dan kasih yang telah diajarkan kepada kita.”

Reaksi di X menunjukkan antusiasme global. Seorang pengguna menulis, “Paus Leo XIV membawa angin segar dari Amerika. Ini bisa jadi era baru!” Namun, beberapa pihak bertanya-tanya: Akankah ia seprogresif Fransiskus dalam isu sosial dan lingkungan?

Mengapa Pemilihan Ini Mengejutkan?

Paus Leo XIV adalah kejutan karena beberapa alasan. Pertama, Amerika Serikat belum pernah menghasilkan Paus, menjadikan ini momen bersejarah. Kedua, Prevost bukanlah kandidat terdepan dalam spekulasi konklaf, yang lebih memfavoritkan kardinal dari Eropa atau Amerika Latin. Ketiga, pengalamannya di Peru dan Amerika Latin memberinya perspektif unik, menggabungkan semangat misionaris dengan pemahaman tentang tantangan global.

Analis Vatikan, Maria Conti, mengatakan, “Pemilihan Leo XIV menunjukkan keberanian kardinal untuk berpikir di luar kebiasaan. Ia bisa menjembatani Barat dan dunia berkembang.” Untuk lebih memahami konklaf, baca artikel kami tentang Proses Pemilihan Paus.

Harapan untuk Kepemimpinan Paus Leo XIV

Sebagai Paus, Leo XIV menghadapi tantangan besar: menjaga persatuan Gereja di tengah sekularisme, konflik global, dan polarisasi. Ia diharapkan melanjutkan reformasi Fransiskus, seperti memperjuangkan keadilan sosial, perubahan iklim, dan dialog antaragama. Komunitas Kristen di Gaza, misalnya, berharap ia tetap vokal terhadap krisis kemanusiaan, sebagaimana Fransiskus pernah menyumbang “popemobile” untuk klinik anak-anak.

Di Indonesia, dengan 8,5 juta umat Katolik, harapan juga tinggi. Pastor Maria dari Keuskupan Agung Jakarta berkata, “Kami berdoa Paus Leo XIV membawa inspirasi bagi umat di Asia, tempat Gereja terus berkembang.” Misa syukur direncanakan di Katedral Jakarta untuk merayakan pemilihan ini.

Makna Nama Leo XIV

Mengapa Leo XIV? Nama ini merujuk pada Paus Leo I, yang mempertahankan iman di tengah krisis, dan Paus Leo XIII, pelopor keadilan sosial melalui ensiklik Rerum Novarum. “Nama Leo adalah simbol kekuatan dan kasih,” kata Ed Tomlinson, sejarawan Gereja. Untuk wawasan lebih lanjut, baca Sejarah Nama Paus.

Tantangan Global dan Peluang

Kepemimpinan Paus Leo XIV akan diuji oleh isu-isu seperti penurunan kehadiran Gereja di Barat, ketegangan geopolitik, dan kebutuhan akan evangelisasi di Asia dan Afrika. Pengalamannya di Amerika Latin dapat memperkuat peran Gereja di wilayah dengan umat terbanyak. Namun, sikapnya terhadap kebijakan imigrasi AS atau konflik global akan diawasi ketat.

Seorang umat di Jakarta, Anna (34), berkata, “Saya berharap Paus Leo XIV membawa harapan bagi dunia yang terpecah. Kami butuh pemimpin yang mendengar.” Sentimen ini mencerminkan ekspektasi besar dari umat global.

Ikuti Perjalanan Paus Leo XIV

Pemilihan Paus Leo XIV membuka lembaran baru bagi Gereja Katolik. Akankah ia menjadi jembatan persatuan atau menghadapi tantangan baru? HaloJakarta.id akan terus memberikan pembaruan terkini.

Pos terkait