Halo Jakarta – Bitcoin baru saja alami penurunan tajam hampir 30 persen dari rekor tertingginya. Harga sempat tembus USD 126.000 pada Oktober 2025. Namun kini BTC berada di atas USD 93.000 saja. Ini berarti koreksi sekitar 26 persen. Bahkan sempat jatuh 36 persen di bawah USD 81.000. Banyak investor panik. Tapi para analis bilang ini hal biasa. Penurunan seperti ini sering terjadi dalam siklus bull market. Bahkan historis koreksi ini jadi sinyal reli baru. Mari kita bahas pola siklus Bitcoin dan kenapa penurunan ini wajar.
Penurunan Bitcoin yang Terjadi Baru-baru Ini
Bitcoin sempat mencapai puncak USD 126.000 di Oktober 2025. Harga langsung anjlok setelah itu. Pada Kamis 5 Desember 2025 BTC berada di atas USD 93.000. Koreksi ini capai 26 persen dari rekor tertinggi. Lebih parah lagi harga sempat jatuh 36 persen ke bawah USD 81.000. Likuidasi besar-besaran jadi pemicu utama. Lebih dari 1,6 juta trader kehilangan posisi leverage senilai USD 19,37 miliar dalam 24 jam mulai 10 Oktober. Ini jadi peristiwa likuidasi terbesar dalam sejarah kripto. Efek domino masih berlanjut hingga sekarang. Banyak investor ritel jual panik. Tapi institusi malah mulai akumulasi diam-diam.
Alasan Penurunan Ini Terjadi
Penurunan ini bukan kejutan total. Pasar kripto selalu volatil. Likuidasi besar capai USD 19,37 miliar dalam sehari. Itu memengaruhi 1,6 juta trader. Efeknya harga langsung ambruk. Kekhawatiran bull market mendekati akhir juga tambah tekanan. Banyak yang khawatir siklus naik sudah habis. Namun koreksi ini belum capai 70 hingga 80 persen seperti siklus sebelumnya. Itu tandanya bull market mungkin masih berlangsung. Data inflasi AS yang lebih panas dari ekspektasi juga ikut bikin investor kabur ke aset aman. CPI AS capai 3,2 persen tahun-ke-tahun. Ekspektasi pasar hanya 3 persen. Akibatnya peluang Fed potong suku bunga Desember turun drastis.
Pola Siklus Historis Bitcoin
Bitcoin punya pola siklus empat tahunan. Pola ini ikuti event halving. Halving kurangi reward penambang jadi setengah. Itu bikin suplai baru BTC lebih langka. Historis siklus ini punya fase euforia, koreksi, dan reli baru. Penurunan 30 persen sering jadi bagian normal dari fase koreksi. Contohnya di siklus 2017. Harga naik gila-gilaan sepanjang tahun. Tapi November 2017 koreksi 29 persen. Setelah itu reli baru datang di Desember. BTC naik 28,5 persen. Di siklus 2021 juga sama. Januari koreksi 31 persen. Februari turun 26 persen lagi. April hingga Juni bahkan lebih dari 55 persen. Tapi setelah itu harga rebound kuat. Koreksi ekstrem sering jadi sinyal jenuh jual. Pasar kemudian siap naik lagi.
Koreksi Utama di Setiap Siklus
Kita lihat data historis lebih detail. Pada Maret hingga Agustus 2024 BTC turun 32,7 persen. Januari hingga April 2025 penurunan 31,7 persen. Di siklus 2017 koreksi 40 persen terjadi dua kali dalam setahun. Sebelum rekor baru Desember 2017 harga jatuh 29 persen di November. Siklus 2021 lebih dramatis. Penurunan 31 persen Januari. 26 persen Februari. Lebih dari 55 persen April hingga Juni. Larangan penambangan di China jadi pemicu saat itu. Data dari CoinDesk yang dikutip CNBC tunjukkan volatilitas ini konsisten. Tren jangka panjang BTC tetap naik. Koreksi sering mendahului reli baru.
Analis Bilang Ini Wajar dalam Bull Market
Para analis setuju penurunan ini normal. Jacob Joseph dari CoinDesk Data bilang volatilitas sebesar ini konsisten dengan tren jangka panjang. Harga BTC bertahan di atas moving average 50 minggu. Itu tandanya struktur pasar masih bullish. Lucy Gazmararian dari Token Bay Capital tambah likuidasi terbesar ini butuh waktu beberapa minggu untuk pulih. Tapi efeknya positif jangka panjang. Posisi Bitcoin dalam siklus saat ini jadi faktor utama. Investor jadi hati-hati tapi tidak panik total. Koreksi belum capai 70 hingga 80 persen seperti akhir bull market sebelumnya. Itu sinyal pasar masih punya ruang naik.
Faktor Eksternal yang Pengaruhi Harga
Penurunan ini juga dipengaruhi faktor luar kripto. Data inflasi AS lebih panas dari ekspektasi. CPI capai 3,2 persen. Pasar prediksi hanya 3 persen. Akibatnya investor pindah ke aset aman seperti obligasi. Peluang Federal Reserve potong suku bunga Desember turun ke 65 persen dari 85 persen. Itu bikin aset berisiko seperti kripto tertekan. Likuidasi leveraged tambah parah. Lebih dari 1,6 juta trader rugi USD 19,37 miliar. Efek domino ini susutkan open interest futures 28 persen. Whale juga jual 5.000 BTC ke exchange. Itu picu panic sell lebih luas.
Prediksi Pemulihan dan Strategi Investor
Pasar butuh waktu pulih dari likuidasi besar. Beberapa minggu lagi mungkin diperlukan. Tapi pola historis tunjukkan koreksi ekstrem sering jadi titik beli. Investor institusi sudah mulai akumulasi. Inflow ETF Bitcoin AS capai USD 1,8 miliar minggu ini. BlackRock IBIT serap USD 980 juta. Fidelity USD 620 juta. Itu tandanya institusi beli dip. Peluang Fed potong suku bunga Desember naik lagi ke 82 persen. Data tenaga kerja AS lemah. Non-farm payroll hanya 185 ribu pekerja. Ekspektasi pasar 220 ribu. Risiko aset naik lagi. Kripto jadi primadona.
Dampak Jangka Panjang terhadap Pasar Kripto
Penurunan ini tunjukkan pasar kripto semakin matang. Volatilitas tinggi masih ada. Tapi rebound lebih cepat dari siklus sebelumnya. ETF spot approval 2024 bikin likuiditas lebih baik. Itu kurangi dampak likuidasi. Dominasi Bitcoin turun dari 58 persen ke 55,5 persen. Tanda altcoin mulai bangkit. ETH/BTC ratio rebound 6 persen. Solana dan Cardano naik dua digit. Analis prediksi altseason ringan pekan ini. Struktur pasar tetap bullish selama harga di atas moving average 50 minggu.
Pelajaran untuk Investor Pemula
Penurunan seperti ini beri pelajaran berharga. Jangan panic sell saat fear ekstrem. Fear & Greed Index di 20 tandakan oversold. Historis level di bawah 10 sering rebound 150 persen dalam 6 bulan. Diversifikasi portofolio jadi kunci. Alokasikan 5 hingga 10 persen ke BTC. Pantau Fed meeting 18 Desember. Kalau potong suku bunga rebound 10 hingga 20 persen mungkin terjadi. DYOR sebelum beli atau jual. Liputan6.com ingatkan setiap keputusan investasi tanggung jawab sendiri.
Kesimpulan Pola Siklus Bitcoin
Bitcoin punya siklus empat tahunan yang kuat. Halving jadi pemicu utama. Koreksi 30 persen normal dalam fase euforia. Pasar selalu pulih lebih tinggi. Siklus 2017 koreksi 40 persen tapi rekor baru Desember. Siklus 2021 turun 55 persen tapi rebound kuat. Sekarang koreksi 30 persen masih ringan dibanding akhir bull market. Investor harus tetap tenang. Pasar kripto matang. Volatilitas jadi kesempatan bukan ancaman.
Penurunan ini jadi pengingat bahwa Bitcoin tetap aset berisiko tinggi. Tapi pola historis beri harapan. Rebound Desember sering terjadi. Pantau inflow ETF dan data makro. Itu kunci pemulihan jangka pendek. Investor ritel bisa manfaatkan diskon ini. Tapi kelola risiko dengan bijak. DYOR selalu jadi mantra utama.




