Optimis Masih Bullish, Grayscale Prediksi Bitcoin Cetak ATH Baru di 2026

Grayscale Prediksi Bitcoin Cetak ATH Baru

Halo Jakarta – Grayscale Investments tetap yakin Bitcoin bakal tembus rekor tertinggi baru pada 2026. Meski harga BTC anjlok 32 persen dari puncak USD 126.000 pada Oktober 2025, perusahaan manajemen aset kripto terbesar dunia ini anggap penurunan itu cuma koreksi sementara. Laporan terbaru Grayscale bilang Bitcoin masih dalam fase bull market yang solid. Inflow institusional melalui ETF spot Bitcoin jadi pilar utama yang jaga momentum naik meski volatilitas tinggi. Grayscale yakin dinamika ETF yang matang, adopsi institusi yang melebar, dan infrastruktur trading global yang kuat bakal jadi katalisator utama lonjakan harga selanjutnya. Apa dasar prediksi ini, data pendukungnya, dan prospek 2026? Mari kita bahas mendalam.

Latar Belakang Koreksi Bitcoin yang Terjadi Baru-baru Ini

Bitcoin sempat capai puncak USD 126.000 di akhir Oktober 2025. Harga langsung ambruk setelah itu. Pada awal Desember, BTC parkir di sekitar USD 93.000. Koreksi ini capai 26 persen dari rekor tertinggi. Lebih parah lagi, harga sempat jatuh 36 persen ke bawah USD 81.000. Likuidasi leveraged jadi pemicu utama. Lebih dari 1,6 juta trader kehilangan posisi senilai USD 19,37 miliar dalam 24 jam mulai 10 Oktober. Ini jadi peristiwa likuidasi terbesar dalam sejarah kripto. Efek domino ini susutkan open interest futures 28 persen. Banyak investor ritel langsung jual panik. Namun institusi malah mulai akumulasi diam-diam.

Bacaan Lainnya

Grayscale anggap koreksi ini normal. Mereka bilang struktur fundamental Bitcoin tetap kuat. Inflow institusional melalui ETF spot Bitcoin terus bertahan. Permintaan stabil dari sektor ini jaga momentum bullish meski pasar bergejolak. Laporan Grayscale tekankan bahwa tekanan harga jangka pendek tidak ubah arah tren keseluruhan. Selama inflow institusi terus tumbuh, fase bull market belum berakhir.

Argumen Grayscale Bitcoin Masih dalam Bull Market

Grayscale soroti tiga pilar utama yang bikin Bitcoin tetap bullish. Pertama, ETF spot Bitcoin terus tarik dana institusi. Sejak disetujui Januari 2024, ETF ini serap lebih dari USD 20 miliar. BlackRock IBIT jadi yang terbesar dengan aset USD 15 miliar. Inflow ini stabilkan harga saat volatilitas tinggi. Kedua, adopsi institusi melebar pesat. Perusahaan seperti MicroStrategy pegang 250.000 BTC senilai USD 23 miliar. Negara seperti El Salvador jadikan Bitcoin legal tender. Ketiga, infrastruktur trading global semakin kuat. Bursa seperti Binance dan Coinbase tambah likuiditas dengan derivatif dan staking. Grayscale bilang faktor-faktor ini bakal dorong Bitcoin capai ATH baru di 2026.

Laporan Grayscale juga bandingkan koreksi ini dengan siklus sebelumnya. Pada 2017, Bitcoin naik 1.300 persen tapi koreksi 29 persen di November. Desember langsung rebound 28,5 persen. Siklus 2021 koreksi 31 persen di Januari, lalu 26 persen lagi di Februari. April hingga Juni bahkan turun 55 persen. Tapi setelah itu harga rebound kuat. Grayscale yakin koreksi 32 persen sekarang masih ringan dibanding akhir bull market. Mereka prediksi Bitcoin capai USD 150.000 hingga USD 200.000 di 2026.

Data Pendukung Prediksi Grayscale

Grayscale pakai data on-chain dan makroekonomi untuk dukung argumennya. Inflow ETF spot Bitcoin capai USD 1,8 miliar minggu ini. BlackRock IBIT serap USD 980 juta, Fidelity USD 620 juta. Ini balikkan outflow USD 903 juta di November. Data tenaga kerja AS lemah (non-farm payroll 185 ribu pekerja, ekspektasi 220 ribu). Peluang Federal Reserve potong suku bunga 25 bps Desember naik ke 82 persen. Whale akumulasi 12.000 BTC dalam 48 jam. Outflow dari exchange capai level tertinggi 3 bulan. Dominasi Bitcoin turun dari 58 persen ke 55,5 persen—tanda altcoin mulai bangkit.

Grayscale juga soroti pola musiman. Desember rata-rata naik 4,75 persen di siklus sebelumnya. 8 dari 12 tahun positif. Contoh Desember 2020 naik 28,5 persen pasca-koreksi November. Desember 2023 naik 12,8 persen setelah ETF spot disetujui. Mereka yakin 2026 bakal lebih baik karena halving 2024 masih pengaruh kuat.

Faktor Eksternal yang Dukung Rebound 2026

Prediksi Grayscale tak lepas dari faktor makro. Data inflasi AS lebih panas dari ekspektasi (CPI 3,2 persen YoY). Tapi data tenaga kerja lemah bikin Fed dovish lagi. Peluang potong suku bunga Desember naik ke 82 persen. Ini dorong aset berisiko seperti kripto. Regulasi global juga mendukung. UE pasang MiCA (Markets in Crypto-Assets) yang buat pasar lebih aman. AS kemungkinan setujui stablecoin regulasi 2026. Adopsi negara seperti Bhutan dan El Salvador tambah legitimasi Bitcoin.

Grayscale juga soroti tokenized assets. Tokenized gold seperti PAXG naik 20 persen tahun ini. Tapi Bitcoin unggul karena suplai tetap dan transfer instan. Mereka prediksi tokenized Bitcoin capai USD 1 triliun pada 2026.

Risiko dan Tantangan yang Dihadapi Bitcoin

Grayscale akui risiko tetap ada. Regulasi ketat SEC bisa hambat ETF baru. Inflasi AS kalau lanjut panas, peluang Fed potong suku bunga bisa turun. Likuidasi leveraged masih ancam pasar. Grayscale sarankan investor diversifikasi 5-10 persen portofolio ke Bitcoin. Mereka tekankan DYOR dan kelola risiko.

Implikasi untuk Investor Indonesia

Investor Indonesia bisa ambil pelajaran dari prediksi Grayscale. Bitcoin naik 150 persen YTD meski koreksi. Rupiah lemah bikin aset dolar seperti BTC menarik. Tapi volatilitas tinggi, jadi alokasikan cuma 5 persen. Pantau inflow ETF dan Fed meeting 18 Desember. Kalau potong suku bunga, rebound 10-20 persen mungkin terjadi.

Kesimpulan Prediksi Grayscale

Grayscale tetap optimis. Bitcoin masih dalam bull market meski koreksi 32 persen. ETF, adopsi institusi, dan infrastruktur global bakal dorong ATH baru di 2026. Koreksi ini cuma sementara. Investor harus tetap tenang dan siap beli dip.

Prediksi ini beri harapan setelah November suram. Bitcoin punya masa depan cerah kalau fundamental tetap kuat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *