Mobil China Sepi Peminat di Rusia, Ekspor Turun 58% Tahun Ini

Mobil China Sepi Peminat di Rusia

Halo Jakarta – Mobil China yang sempat merajai pasar Rusia kini mulai kehilangan daya tarik. Ekspor ke negara tersebut anjlok 58% pada Januari-September 2025, turun menjadi 357.700 unit dari tahun sebelumnya. Rusia, yang dulu jadi pasar utama bagi pabrikan China berkat sanksi Barat pasca-invasi Ukraina 2022, kini tergeser ke posisi ketiga setelah Meksiko dan Uni Emirat Arab. Apa penyebab penurunan tajam ini? Kebijakan impor Rusia yang semakin ketat jadi biang kerok utama. Mari kita kupas data dan faktor di balik “akhir bulan madu” ini!

Latar Belakang: Mobil China Kuasai Rusia Pasca-Sanksi Barat

Sebelum 2022, merek Eropa, Amerika, Jepang, dan Korea mendominasi pasar Rusia. Sanksi internasional pasca-konflik Ukraina memaksa mereka tarik diri, ciptakan kekosongan pasar. China langsung isi celah itu. Penjualan mobil China di Rusia melonjak dari 115.700 unit (2021) menjadi 163.000 unit (2022). Puncaknya 2023: 950.000 unit, hampir separuh pasar Rusia! Tahun 2024, ekspor capai 1,158 juta unit—Rusia jadi tujuan utama China. Tapi tahun ini, tren berbalik. Data China Passenger Car Association (CPCA) tunjukkan ekspor ke Rusia kalah dari Meksiko (410.700 unit) dan UEA (367.800 unit).

Bacaan Lainnya

Penyebab Penurunan: Kebijakan Ketat Rusia Tekan Margin

Rusia mulai tutup celah impor lewat regulasi baru. Oktober 2024, biaya daur ulang kendaraan impor naik dari 70% jadi 85% harga kendaraan—langsung potong untung pabrikan China. Januari 2025, tarif impor melonjak dari 20% ke 38%, tambah beban bea cukai. April 2024, Rusia wajibkan mobil impor “bekas nol kilometer” dari negara ketiga (seperti Kazakhstan) bayar selisih pajak agar boleh jalan di jalan raya. Kebijakan ini bikin mobil China mahal dan kurang kompetitif.

Pelemahan pasar juga berperan. Meredanya konflik Rusia-Ukraina buat konsumen tunggu kembalinya merek seperti Toyota, Renault, Hyundai, dan Kia. Car News China sebut: “Ekspor mobil China ke Rusia menurun drastis. Kebijakan makin ketat dan kondisi pasar melemah jadi pemicu utama.” Bulan madu berakhir cepat—China kini alihkan fokus ke pasar lain.

Berikut data ekspor China 2025 (Jan-Sep):

Tujuan Unit Ekspor Perubahan YoY
Meksiko 410.700 +25%
UEA 367.800 +15%
Rusia 357.700 -58%
Lainnya 2,1 juta +12%

Sumber: CPCA via Car News China.

Dampak ke Produsen China: Untung Hilang, Strategi Berubah

Penurunan ini tekan margin pabrikan seperti Chery, Geely, dan Great Wall yang andalkan Rusia. Pada 2023, Rusia sumbang 20% ekspor China—sekarang cuma 8%. Mereka kini dorong produksi lokal di Rusia (seperti Chery bangun pabrik di Tula) untuk hindari tarif. Tapi tantangan tetap: biaya tenaga kerja tinggi dan regulasi lingkungan ketat. Global, ini ingatkan China: pasar Eropa Timur rentan fluktuasi geopolitik.

Pelajaran untuk Pasar Global: Rusia Bukan “Panggung Utama” Lagi

Kasus Rusia tunjukkan ketergantungan ekspor China rawan. Mereka kini kuasai 30% ekspor ke Meksiko dan Timur Tengah, tapi Rusia jadi pelajaran: kebijakan proteksionis bisa balikkan tren cepat. Bagi Indonesia, ini sinyal positif—mobil China tetap kompetitif di sini tanpa gangguan serupa.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *