Iran Ejek Israel Lari ke ‘Papa’ AS: Drama Konflik Nuklir Memuncak

Iran mengguncang dunia dengan sindiran pedas terhadap Israel dan AS pasca-konflik sengit di Timur Tengah! Oleh karena itu, Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengejek Israel sebagai “anak papa” yang lari ke AS untuk perlindungan. Dengan demikian, pernyataan ini memanaskan kembali ketegangan setelah serangan AS ke fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Akibatnya, Halo Jakarta hadir dengan sorotan lengkap drama geopolitik yang mengguncang stabilitas regional. Siapkah Anda menyelami konflik yang membelah dunia ini?

Sindiran Araghchi: Israel Bergantung pada AS

Pada 28 Juni 2025, Abbas Araghchi mengeluarkan pernyataan di platform X yang menggetarkan dunia. Pertama, ia menyebut Israel “tak punya pilihan selain lari ke ‘Papa’ AS” untuk menghindari rudal Iran. Selanjutnya, Araghchi menegaskan bahwa rakyat Iran telah “menampar” Israel dan AS selama perang 12 hari (13-24 Juni 2025). Karenanya, sindiran ini merujuk pada intervensi AS yang menghantam fasilitas nuklir Iran, yang dianggap sebagai dukungan untuk Israel. Bahkan, Araghchi memperingatkan Presiden AS Donald Trump agar berhenti menghina Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, atau menghadapi “konsekuensi terberat”.

Bacaan Lainnya

Konteks Konflik: Perang 12 Hari dan Gencatan Senjata

Konflik Iran-Israel memuncak pada 13 Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan ke Teheran, menargetkan fasilitas nuklir dan militer. Oleh sebab itu, Iran membalas dengan operasi “True Promise III”, meluncurkan 400 rudal balistik dan 1,000 drone ke Tel Aviv, Haifa, dan Beersheba, menewaskan 24 orang. Meski begitu, Israel mengklaim sistem Iron Dome menghalau sebagian besar serangan. Akibatnya, AS turun tangan pada 22 Juni, menghancurkan fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan, memicu kemarahan Teheran.

Setelah itu, perang 12 hari berakhir dengan gencatan senjata pada 24 Juni, ditengahi AS. Namun, ketegangan tetap tinggi. Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengklaim kemenangan, menyebut Israel “dihajar” dan AS “ditampar”. Sebaliknya, Trump membantah di Truth Social, menyebut Khamenei “pembohong konyol” dan mengklaim menyelamatkan sang Ayatollah dari pembunuhan. Dengan demikian, sindiran Araghchi menjadi bensin yang menyulut kembali api konflik.

Reaksi Dunia: Dukungan dan Kecaman

Serangan AS ke Iran memicu reaksi global yang beragam. Berikut adalah sorotan utama:

  • Pakistan: Mengecam AS sebagai pelanggar hukum internasional, mendukung hak Iran untuk membela diri.
  • Hamas dan Houthi: Menyebut serangan AS sebagai “agresi” dan menyatakan solidaritas dengan Iran.
  • Rusia: Mengutuk AS, menyebut serangan itu “eskalasi berbahaya” yang mengancam stabilitas global.
  • Ukraina: Mendukung AS, menyebut serangan sebagai langkah mencegah senjata nuklir Iran.
  • PBB: Sekjen António Guterres meminta diplomasi, menolak solusi militer.
  • Inggris: PM Keir Starmer mendesak Iran kembali ke jalur diplomasi, mendukung tindakan AS.
  • Paus Leo XIV: Menyerukan akhir perang, menekankan tanggung jawab moral global.

Selain itu, platform X ramai dengan unggahan yang menyoroti sindiran Araghchi, dengan 60% mendukung narasi Iran bahwa Israel bergantung pada AS. Alhasil, dunia terbelah antara mendukung dan mengecam intervensi AS-Israel.

Apa Selanjutnya untuk Timur Tengah?

Meski gencatan senjata telah disepakati, ketegangan belum mereda. Oleh karena itu, Iran menolak negosiasi nuklir selama serangan berlanjut, seperti disampaikan Araghchi di Jenewa. Sementara itu, Trump bersikukuh AS tidak akan memaksa Israel menghentikan agresinya. Lagipula, Israel, di bawah PM Benjamin Netanyahu, berjanji melanjutkan serangan untuk “menghancurkan” program nuklir Iran. Dengan demikian, risiko eskalasi regional tetap tinggi, terutama dengan keterlibatan aktor seperti Rusia dan kelompok pro-Iran.

Drama Iran-Israel-AS memanaskan Timur Tengah! Akankah diplomasi menang, atau perang akan meletus lagi? Ikuti terus di Halo Jakarta atau kunjungi halojakarta.id untuk wawasan eksklusif!

Pos terkait