Iran Ancam Serangan Balasan ke Armada AS di Bahrain!

Iran Ancam Serangan Balasan ke Armada AS di Bahrain!

Iran mengguncang dunia dengan ancaman serangan balasan terhadap AS dan sekutunya, menargetkan Armada ke-5 AS di Bahrain usai serangan AS ke fasilitas nuklirnya, membuat negara-negara Arab ketar-ketir! Oleh karena itu, ketegangan di Timur Tengah melonjak, dengan Selat Hormuz dalam bahaya. Apa dampak ancaman ini? Simak analisis eksklusif bersama Halo Jakarta!

AS Luncurkan Serangan Berani ke Iran

Pada 22 Juni 2025, AS meluncurkan “Operasi Palu Tengah Malam” untuk menghancurkan fasilitas nuklir di Isfahan, Natanz, dan Fordow. Presiden Donald Trump memerintahkan serangan ini setelah Israel menyerang 200 target militer Iran pada 13 Juni. Akibatnya, Iran membalas dengan meluncurkan 30 rudal balistik ke pangkalan udara Israel. Selain itu, Menlu Iran Abbas Araghchi menyebut serangan AS “pelanggaran brutal hukum internasional” dan bersumpah akan membalas pada 23 Juni 2025. Sementara itu, penasihat Ayatollah Ali Khamenei, Ali Akbar Velayati, memperingatkan bahwa Qatar dan Arab Saudi, yang menampung pasukan AS, menjadi “sasaran sah”. “AS akan menyesali agresi ini,” tegas Velayati, seperti dikutip IRNA.

Bacaan Lainnya

Negara Arab di Ujung Tanduk

Ancaman Iran memicu kepanikan di negara-negara Teluk. Pertama, Arab Saudi menyatakan “keprihatinan mendalam” atas serangan AS, menurut Kementerian Luar Negeri mereka pada 22 Juni. Kedua, Qatar, Oman, dan Uni Emirat Arab memperingatkan risiko eskalasi regional. Selain itu, Parlemen Iran menyetujui rencana menutup Selat Hormuz, jalur 30% pasokan minyak dunia, memicu kekhawatiran global. Misalnya, harga minyak Brent melonjak 5% ke US$80,2 per barel pada 23 Juni, menurut Bloomberg. “Penutupan Selat Hormuz bisa lumpuhkan ekonomi global,” ujar analis Halo Jakarta. Namun, China, pelanggan utama minyak Iran, mendesak Teheran untuk menahan diri, menurut Kemenlu China.

Risiko Eskalasi dan Skenario Balasan

Iran merancang tiga skenario balasan, menurut pakar Abbas Aslani. Pertama, serangan terbatas ke pangkalan AS di Bahrain atau Qatar untuk menunjukkan kekuatan. Kedua, gangguan Selat Hormuz untuk menekan ekonomi global. Ketiga, serangan ke aset sekutu AS, seperti kilang minyak Saudi, yang dapat memperluas konflik. Selain itu, Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengerahkan rudal Kheibar Shekan, dengan muatan terberat di arsenalnya, menurut Al Jazeera. Meskipun demikian, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth menyebut serangan AS “sukses luar biasa” tanpa bukti kerusakan, memicu kemarahan Iran. “Kami punya hak bela diri,” kata Araghchi.

Tantangan Diplomasi di Tengah Krisis

Meskipun ancaman Iran memanas, diplomasi terhenti. China dan Rusia menyerukan de-eskalasi, tetapi AS menolak negosiasi, dengan Menlu AS Marco Rubio mengancam “konsekuensi lebih berat” jika Iran membalas. Selain itu, 65% warga Timur Tengah khawatir akan perang regional, menurut survei regional pada 20 Juni. Terlebih lagi, Sekjen PBB Antonio Guterres memperingatkan bahwa konflik “bisa lepas kendali” dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB pada 22 Juni. “Dunia di ambang malapetaka,” kata Guterres. Namun, Indonesia, melalui Menlu Sugionoo, mendesak solusi damai dan menawarkan mediasi, menurut Kemenlu RI.

Skenario Target Iran

Berikut target potensial Iran berdasarkan pernyataan resmi:

  • Armada ke-5 AS, Bahrain: Markas AL AS dengan 7.000 personel, rentan karena jarak 200 km dari Iran.

  • Selat Hormuz: Jalur 30% minyak dunia, ancaman penutupan bisa naikkan harga minyak hingga 20%.

  • Pangkalan AS di Teluk: 19 lokasi di Qatar, Kuwait, dan Arab Saudi, menurut laporan Kompas.

  • Aset Sekutu AS: Kilang minyak Saudi dan pelabuhan UEA, risiko eskalasi tinggi.

Iran ancam balas serangan AS, dunia di ujung krisis! Ikuti analisis mendalam dan update terkini di Halo Jakarta atau kunjungi halojakarta.id untuk wawasan eksklusif.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *