Harga Bitcoin Terjun di Bawah USD 100.000 Setelah Serangan AS ke Iran

Harga Bitcoin Terjun di Bawah USD 100.000 Setelah Serangan AS ke Iran

Pada 22 Juni 2025, Amerika Serikat mengguncang pasar kripto global dengan menyerang tiga situs nuklir Iran, menyebabkan harga Bitcoin terjun di bawah USD 100.000 untuk pertama kalinya sejak Mei 2025! Oleh karena itu, investor panik, memicu likuidasi massal lebih dari USD 1 miliar. Apa yang memicu kehancuran ini? Simak analisis mendalam bersama Halo Jakarta!

Pasar Kripto Goyah Pasca-Serangan AS

Pada 22 Juni 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan “Operasi Palu Tengah Malam”, menargetkan fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan. Akibatnya, harga Bitcoin (BTC) merosot 3,8% ke USD 98.904, level terendah sejak Mei 2025, menurut Yahoo Finance. Selain itu, Ethereum (ETH) terjun 7,7% ke USD 2.200, sementara Solana (SOL) dan Cardano (ADA) masing-masing turun 5% dan 6%, berdasarkan Coinglass. Ketegangan geopolitik mendorong investor menghindari aset berisiko seperti kripto, memicu likuidasi USD 1 miliar dalam 24 jam, dengan USD 915 juta dari posisi long, menurut Bloomberg. “Pasar kripto gugup menghadapi eskalasi Timur Tengah,” ujar analis Caroline Mauron dari Orbit Markets pada 23 Juni 2025.

Bacaan Lainnya

Dampak Ekonomi Global Meluas

Serangan AS memanaskan pasar komoditas. Pertama, harga minyak Brent melonjak 5,7% ke USD 81,40 per barel, menurut Bloomberg, karena ancaman Iran menutup Selat Hormuz, jalur 20% pasokan minyak dunia. Kedua, bursa saham Asia seperti Nikkei 225 dan Hang Seng turun masing-masing 0,22% dan 1,3%, menurut CNBC. Sementara itu, dolar AS menguat 0,37% ke Rp 16.456, menekan nilai kripto dalam rupiah, berdasarkan detikFinance. Meskipun begitu, beberapa analis optimistis. “Bitcoin sering memimpin pemulihan pasca-krisis geopolitik,” kata Antony Kusuma dari Indodax pada 23 Juni 2025, mengacu pada rebound Bitcoin pasca-konflik April 2024.

Mengapa Bitcoin Jadi Korban?

Pasar kripto sensitif terhadap ketidakpastian. Pertama, serangan AS meningkatkan premi risiko, mendorong investor ke aset aman seperti emas dan dolar AS. Kedua, likuidasi massal menyeret altcoin seperti ETH dan SOL, dengan token AI seperti VIRTUAL terjun hingga 10%, menurut BeInCrypto. Selain itu, data Coinmarketcap mencatat Bitcoin turun 4,48% dalam sepekan, meski sempat pulih ke USD 100.843 pada 23 Juni pagi. “Indikator teknikal menunjukkan risiko penurunan lebih lanjut jika konflik memburuk,” ujar analis Coinglass. Namun, Texas mengumumkan cadangan Bitcoin resmi pada 23 Juni, berpotensi menahan laju penurunan, menurut Coinmarketcap.

Peluang Rebound di Tengah Krisis

Meskipun pasar kripto terpukul, sejarah menunjukkan ketahanan Bitcoin. Misalnya, pasca-serangan Israel-Iran pada April 2024, Bitcoin pulih 5,31% dalam sehari, menurut Liputan6. Selain itu, 65% investor kripto di Indonesia tetap optimistis, menurut survei Indodax pada 20 Juni 2025. Terlebih lagi, volume transaksi Bitcoin di Indodax mencapai Rp 707,8 miliar pada 10 Juni, menandakan minat lokal yang kuat. “Bitcoin adalah emas digital, tahan banting jangka panjang,” kata Nic Puckrin dari The Coin Bureau. Namun, ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran bisa memperpanjang tekanan, menurut S&P Global Platts.

Aset Kripto Terdampak

Berikut pergerakan harga kripto utama pasca-serangan AS, berdasarkan Coinmarketcap dan Coinglass:

  • Bitcoin (BTC): Turun 3,8% ke USD 98.904, pulih ke USD 100.843.

  • Ethereum (ETH): Terjun 7,7% ke USD 2.200, terendah sejak Mei 2025.

  • Solana (SOL): Merosot 5% ke USD 121.

  • Cardano (ADA): Turun 6% ke Rp 8.890 per koin.

Bitcoin terjun di bawah USD 100.000 akibat serangan AS ke Iran! Ikuti analisis pasar kripto dan update geopolitik di Halo Jakarta atau kunjungi halojakarta.id untuk wawasan eksklusif.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *