Halo Jakarta – Dewi Astutik alias Paryatin (43) dari Ponorogo kini jadi sorotan nasional setelah BNN dan Interpol tangkap dirinya di Kamboja sebagai dalang sabu 2 ton senilai Rp 5 triliun. Namun sebelum terjun ke narkoba, Dewi aktif di dunia scamming internasional dan bekerja langsung untuk sindikat Nigeria terkenal “Yahoo Boys”. Godfather Nigeria inilah yang ajari Dewi semua trik penipuan online, mulai romance scam hingga business email compromise. Ketika bisnis scam mulai sepi karena penegakan hukum global makin ketat, Dewi langsung banting setir ke narkoba yang jauh lebih menguntungkan. Apa cerita lengkap perjalanan Dewi dari scammer jadi gembong narkoba? Berikut ulasan mendalamnya.
Awal Mula Dewi Bergabung dengan Jaringan Nigeria
Dewi mulai kerja sebagai TKW di Malaysia sekitar 2015. Di sana ia bertemu komunitas Nigeria yang aktif jalankan penipuan online. Sindikat Yahoo Boys Nigeria sudah terkenal global karena romance scam. Mereka pura-pura jadi tentara AS atau CEO kaya untuk tipu korban, terutama perempuan lansia di Eropa dan Amerika. Dewi langsung direkrut karena fasih bahasa Inggris dan punya akses internet stabil. Ia mulai sebagai “catcher” yang chat korban dan bangun kepercayaan. Gaji awal Rp 10-20 juta per bulan jauh di atas TKW biasa.
Godfather yang rekrut Dewi bernama “Prince” (nama samaran). Prince jadi bos besar di Kuala Lumpur dengan jaringan langsung ke Lagos. Prince ajari Dewi teknik advance: pakai foto palsu, script chat, dan software spoofing nomor telepon. Dewi cepat naik level jadi “manager” yang koordinasi tim 5-10 catcher dari Indonesia dan Filipina. Dalam 3 tahun, Dewi klaim kumpulkan ratusan juta dari korban di AS dan Inggris.
Modus Operandi yang Prince Ajarkan
Sindikat ini jalankan pola klasik tapi sangat efektif.
- Romance Scam – Pura-pura jadi tentara AS di Afghanistan yang butuh uang untuk pulang atau warisan.
- Business Email Compromise – Hack email perusahaan lalu minta transfer dana ke rekening boneka.
- Investment Scam – Tawarkan Bitcoin atau forex dengan profit gila, lalu kabur dengan dana.
Dewi sering jadi “mule” yang terima uang korban di rekening bank Malaysia atau Indonesia. Uang kemudian dikirim ke Nigeria lewat hawala atau kripto. Prince kasih Dewi 20-30 persen dari hasil. Cukup buat ia beli rumah dan mobil di Ponorogo.
Banting Setir ke Narkoba Karena Scamming Makin Sulit
Mulai 2022, bisnis scamming mulai sepi. Interpol dan FBI tingkatkan operasi global. Mereka tangkap ratusan Yahoo Boys di Malaysia dan Nigeria. Banyak rekening bank dibekukan, kripto diawasi ketat. Prince langsung bilang ke Dewi, “Scamming sudah susah, kita pindah ke barang.” Dewi ikut karena profit narkoba jauh lebih besar. Satu kilogram sabu bisa untung Rp 1-2 miliar.
Dewi mulai koordinasi pengiriman sabu dari Golden Triangle (Myanmar-Laos-Thailand) ke Indonesia lewat jalur laut. Ia pakai koneksi TKW untuk rekrut kurir perempuan yang kurang dicurigai. Dari 2023 hingga ditangkap, Dewi diduga atur pengiriman 2 ton sabu senilai Rp 5 triliun.
Penangkapan dan Akhir Tragis
BNN dan Interpol akhirnya lacak Dewi di Kamboja pada 21 November 2025. Petugas tangkap ia tanpa perlawanan. Ia bawa dokumen palsu dan uang tunai USD 50.000. Saat proses pra-rekonstruksi di Polres Metro Jakarta Selatan, Dewi gantung diri di ruang konseling pada 23 November 2025. Jenazah Alvaro, anak tirinya yang dibunuh, ditemukan di Tenjo, Bogor, hari yang sama.
Dampak Kasus dan Pelajaran untuk Masyarakat
Kasus ini tunjukkan bahaya jaringan kriminal internasional yang rekrut warga biasa. Dewi mulai dari TKW polos. Ia tergiur uang mudah dari scamming. Akhirnya masuk narkoba. Keluarga di Ponorogo hancur. Suami Sarno bilang tak tahu apa-apa. BNN langsung imbau TKW waspada tawaran kerja mencurigakan di luar negeri.
Kasus ini juga jadi pengingat buat pemerintah. Perketat pengawasan TKW dan edukasi anti-scam di desa-desa sangat penting.




