Eks Marinir TNI AL Gabung Jadi Tentara Rusia Picu Kontroversi di Indonesia

Eks Marinir TNI AL Jadi Tentara Rusia

Eks Marinir TNI AL menjadi sorotan setelah Satria Arta Kumbara, mantan prajurit Marinir TNI AL, mengaku bergabung dengan militer Rusia melalui video TikTok @zstorm689, menurut Republika.co.id. Satria, yang dipecat karena desersi pada 2022, kini bertugas di Ukraina, memicu perdebatan sengit di media sosial. Pemerintah menyebut Satria berisiko kehilangan kewarganegaraan berdasarkan UU No. 12/2006 karena bergabung dengan tentara asing tanpa izin presiden, menurut Indonesiadefense.com. Namun, Satria menyebut Indonesia sebagai “negara Konoha” dan heran pilihannya dipertanyakan. Apa alasan di balik keputusannya? Simak fakta berikut!

Kronologi: Dari Desersi ke Militer Rusia

Satria Arta Kumbara, eks Marinir berpangkat Sersan Dua, meninggalkan dinas tanpa izin pada 13 Juni 2022. Karena ini, pengadilan militer memecatnya pada April 2023 setelah menjatuhkan hukuman penjara satu tahun. Akibatnya, Satria pindah ke Rusia dan bergabung dengan militer reguler, bukan tentara bayaran. Oleh karena itu, video TikToknya pada Mei 2025, yang menampilkan seragam Rusia, menjadi viral. Sementara itu, TNI AL mengkonfirmasi status desersinya.

Bacaan Lainnya

Status Hukum: Ancaman Kehilangan Kewarganegaraan

Pemerintah menyoroti status kewarganegaraan Satria. Misalnya, Menteri Hukum Supratman Andi Agtas menegaskan bahwa Satria memenuhi syarat kehilangan kewarganegaraan berdasarkan UU No. 12/2006 Pasal 23, menurut Hasanah.id. Selain itu, bergabung dengan militer asing tanpa izin presiden melanggar hukum. Dengan demikian, pemerintah memproses pencabutan kewarganegaraan. Meski begitu, Satria menyebut proses ini rumit dan menganggap reaksinya berlebihan. Karena ini, DPR meminta pemeriksaan status WNI-nya.

Respons TNI dan Pemerintah: Hukuman dan Klarifikasi

TNI AL bereaksi tegas. Contohnya, Kadispenal Laksamana I Made Wira Hady membenarkan Satria sebagai eks prajurit yang dipecat. Sementara itu, purnawirawan jenderal TNI menegaskan bahwa WNI yang bergabung dengan militer asing harus dihukum. Sebaliknya, DPR meminta TNI memperketat rekrutmen untuk menanamkan cinta tanah air. Oleh karena itu, pemerintah menegaskan komitmen menjaga integritas nasional. Namun, Satria mempertanyakan kegaduhan ini, menyebut Indonesia “negara Konoha” dalam video.

Faktor Pendorong: Gaji dan Tantangan Baru

Keputusan Satria dipengaruhi beberapa faktor. Pertama, gaji tentara Rusia jauh lebih tinggi, mencapai puluhan juta rupiah per bulan, menurut Merdeka.com. Kedua, Satria mencari pengalaman dan tantangan baru, menurut Radarindo.co.id. Ketiga, ia mengaku bertugas di Ukraina dengan sinyal terbatas, menggunakan VPN, menurut Radarindo.co.id. Keren ini, Satria menegaskan statusnya sebagai tentara reguler, bukan tentara bayaran seperti Wagner Group, menurut Metrotvnews.com. Akibatnya, iming-iming finansial dan petualangan mendorong keputusannya, meski melanggar hukum Indonesia.

Dampak: Integritas Militer dan Citra Nasional

Eks Marinir TNI AL memicu dampak luas:

  • Integritas Militer: Kasus ini mendorong TNI mengevaluasi doktrin cinta tanah air.
  • Citra Nasional: Publik memperdebatkan loyalitas WNI di medsos.
  • Hukum: Pencabutan kewarganegaraan menjadi preseden.
  • Sementara itu, legislator menyerukan penguatan pendidikan nasionalisme. Dengan demikian, kasus ini menjadi pelajaran penting. Meski begitu, tantangan menegakkan hukum terhadap WNI di luar negeri tetap besar.

Langkah ke Depan: Cegah Kasus Serupa

Pemerintah dan TNI bisa mengambil langkah berikut:

  • Perketat rekrutmen dan pendidikan nasionalisme di TNI.
  • Sosialisasikan konsekuensi hukum bergabung dengan militer asing.
  • Tingkatkan kesejahteraan prajurit untuk kurangi godaan finansial.

Sementara itu, masyarakat perlu memahami UU Kewarganegaraan, menurut Hasanah.id. Dengan demikian, kasus serupa dapat dicegah. Sebaliknya, publik harus menghindari sensasionalisme di medsos.

Jaga Loyalitas, Hindari Kontroversi

Eks Marinir Rusia 2025 menyoroti tantangan hukum dan nasionalisme. Satria Arta Kumbara, dengan keputusannya bergabung dengan militer Rusia, memicu debat tentang loyalitas dan kewarganegaraan. Pemerintah dan TNI kini berupaya mencegah kasus serupa. Bagaimana menanamkan cinta tanah air di era global? Tulis pandapat Anda di kolom komentar dan ikuti perkembangan di situs kami!

Pos terkait