BlackRock Borong Bitcoin Rp 7 T dalam 16 Hari

Raksasa manajemen aset global BlackRock mengguncang pasar kripto dengan aksi beli Bitcoin tanpa henti selama 16 hari berturut-turut, mengakumulasi aset senilai Rp 7 triliun, menandakan kepercayaan kuat terhadap masa depan mata uang digital di tengah ketidakpastian geopolitik global! Oleh karena itu, investor ritel bertanya-tanya: apa dampaknya bagi pasar? Simak analisis eksklusif bersama Halo Jakarta!

Aksi Beli Tanpa Henti BlackRock

Selama 16 hari hingga 26 Juni 2025, BlackRock, pengelola aset terbesar dunia dengan total kelolaan Rp 190.000 triliun, terus memborong Bitcoin melalui ETF iShares Bitcoin Trust (IBIT). Pertama, pembelian terbaru mencakup 4.130 BTC senilai Rp 7,1 triliun pada 25 Juni 2025, dengan total akumulasi Rp 7 triliun. Kedua, data blockchain menunjukkan tidak ada penarikan aset selama periode ini, menegaskan strategi agresif BlackRock. Selain itu, aksi ini mendorong kapitalisasi pasar Bitcoin ke Rp 35.000 triliun, dengan harga BTC bertahan di atas Rp 1,71 juta per koin.

Bacaan Lainnya

Mengapa BlackRock All-In pada Bitcoin?

Langkah BlackRock mencerminkan optimisme institusional terhadap kripto. Pertama, CEO BlackRock Larry Fink menyebut Bitcoin sebagai “kelas aset tersendiri”, sebanding dengan emas digital. Kedua, persetujuan ETF Bitcoin spot oleh SEC pada Januari 2024 membuka pintu bagi investor institusional, dengan IBIT mencatat arus masuk Rp 267 triliun sejak peluncuran. Sementara itu, konflik geopolitik seperti perang Iran-Israel memicu ketidakpastian pasar saham, mendorong investor beralih ke aset alternatif seperti Bitcoin. Meskipun demikian, volatilitas BTC tetap tinggi, dengan fluktuasi 2% dalam 24 jam terakhir.

Dampak pada Investor Ritel

Aksi BlackRock memicu gelombang antusiasme sekaligus kekhawatiran. Pertama, kenaikan harga Bitcoin ke USD 105.000 (Rp 1,71 juta) pada Juni 2025 menarik minat investor ritel, namun risiko koreksi 25-30% masih membayangi, seperti yang terjadi pada Februari 2025. Kedua, dominasi Bitcoin di pasar kripto mencapai 63,1%, menekan altcoin seperti Ethereum dan Solana. Namun, analis memprediksi reli jangka panjang jika The Fed menurunkan suku bunga pada September 2025. Oleh karena itu, investor ritel disarankan menerapkan strategi DCA (Dollar-Cost Averaging) untuk meminimalkan risiko.

Sentimen Pasar dan Prospek Masa Depan

Pasar kripto bereaksi positif terhadap aksi BlackRock. Pertama, volume perdagangan harian Bitcoin mencapai Rp 919 triliun, dengan dominasi pasar 63,1%. Kedua, pernyataan Larry Fink tentang potensi ledakan ekonomi global memperkuat sentimen bullish. Sementara itu, dukungan politik dari kandidat presiden AS seperti Donald Trump dan Kamala Harris terhadap kripto meningkatkan harapan masuknya dana institusional. Meskipun begitu, risiko geopolitik dan ancaman tarif perdagangan AS dapat memicu volatilitas jangka pendek.

Fakta Utama Aksi BlackRock

Berikut fakta utama pembelian Bitcoin oleh BlackRock:

  • Total Pembelian: Rp 7 triliun (4.130 BTC) pada 25 Juni 2025.
  • Durasi: 16 hari tanpa penarikan hingga 26 Juni 2025.
  • Aset Kelolaan: IBIT capai Rp 267 triliun sejak Januari 2024.
  • Harga Bitcoin: USD 105.000 (Rp 1,71 juta) per koin.
  • Dominasi Pasar: Bitcoin 63,1%, kapitalisasi Rp 35.000 triliun.

BlackRock borong Bitcoin Rp 7 triliun! Apa artinya bagi investor? Ikuti analisis pasar kripto di Halo Jakarta atau kunjungi halojakarta.id untuk wawasan eksklusif.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *